Melihat Perpaduan Seni dan Teknologi di ARTJOG 2024
Bagaimana jika seni dan teknologi berpadu? it would be amazing!, ARTJOG 2024 telah resmi dibuka pada 28 Juli 2024 di Jogja National Museum. Tahun ini ARTJOG mengusung tema "Motif: Ramalan," yang mana mencoba menggali hubungan antara sejarah masa lalu, kondisi saat ini, dan harapan masa depan.
Selain pameran utama, ARTJOG juga menyajikan berbagai program pendukung seperti Exhibition Tour, Meet the Artist, dan performa ARTJOG, yang menyediakan ruang untuk berinteraksi antara seni dan publik.
Begitu memasuki Jogja National Museum, kamu akan disambut oleh karya kolaborasi Agus Suwage dan Titarubi berjudul Suara Keheningan. Karya tersebut juga ditampilkan dalam bangunan khusus yang dirancang dengan beberapa bilik sepanjang lorong, karya ini mengundang pengunjung untuk mendengar rekaman doa, pepatah, dan pujian dari kelompok masyarakat adat, diiringi dengan instalasi objek-objek telinga. Karya ini berfungsi sebagai ajakan untuk merenungkan "suara alam" dari peristiwa hari ini dan berharap pada kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Karya dari Para Seniman yang Ditampilkan di ARTJOG 2024
48 orang seniman individu dan kelompok, berkarya dalam ARTJOG. Juga, 36 anak dan remaja berkarya dalam program ARTJOG Kids. Kamu bisa mengenali karya yang sangat menarik, salah satunya adalah Pranata Mangsa: Mangsa 1-12 oleh Subandi Giyanto. Karya ini menampilkan 12 lukisan dengan figur wayang dan menggambarkan sistem kalender pranata mangsa, yang juga menyoroti kedalaman budaya, karena menggunakan metode penanggalan Jawa untuk menentukan musim berdasarkan wuku dan karakternya.
Seniman Agnes Hansella dari Jakarta mempersembahkan A Message to You, yaitu karya yang menggunakan teknik makrame dengan pita kaset untuk menghubungkan lirik lagu dari masa lalu dengan pendengar saat ini.
Pemanfaatan pita kaset itu sebagai medium untuk mengikat suara melalui jembatan antara era yang berbeda. Selain itu, seniman Bernama Asmoadji, juga menghadirkan Kota Baru, yang mengeksplorasi fenomena pertumbuhan penduduk di kota besar. Dengan menggunakan seng bekas, potongan kayu lapis, boneka, dan stiker, karya ini mencerminkan observasi Asmoadji tentang percampuran kehidupan perkampungan dan gedung-gedung tinggi di sekitarnya.
Teknologi yang Berpadu Memfasilitasi Interaksi dengan Pengunjung
Menariknya, di ARTJOG juga memadukan berbagai teknologi yang memungkinkan kamu berinteraksi langsung dengan karya seni. Koh Kai Ting & Aw Boon Xin dari Singapura dan Malaysia menampilkan Kutuku and Kutumu, yang menggabungkan permainan kata palindrom. Kamu bisa melihat teknologi yang berpadu dalam karya seni ini, karena terdapat token NFC untuk melihat gambar kutu dalam Augmented Reality yang menambah dimensi pengalaman karya mereka.
Sementara itu, Trio Muharam dari Bandung menghadirkan Noir: Under Construction History of Surrealism and Consumerism Days. Kamu dapat memindai kode QR pada karya ini untuk mengungkap ilustrasi tersembunyi yang mencerminkan peristiwa sehari-hari seorang tokoh rekayasa, yang kemudian dapat kamu bawa pulang.
Dalam Brain Dead: A Circuit of Mind, Nona Yoanishara dari Yogyakarta memanfaatkan teknologi Electroencephalograph (EEG) untuk mengeksplorasi batas antara realitas dan dunia virtual. Mereka juga bisa membaca pikiran kamu dan menampilkan hasilnya dalam bentuk grafik, melalui helm yang disediakan.
Di akhir lorong lantai tiga, Julian Abraham ‘Togar’ dari Jakarta mengajak pengunjung untuk merasakan Ruang Elok Sarat Tempo. Karya ini menyediakan ruang yang dilengkapi dengan alat musik, memungkinkan kamu untuk berinteraksi dan memahami bunyi secara lebih intim.
ARTJOG berlangsung hingga 1 September 2024, dan buka buka setiap hari dari pukul 10.00-21.00 WIB.