Birkenstock Siap Rilis Koleksi Kolaborasi dengan Chrome Hearts
Kolaborasi telah menjadi strategi favorit para label fashion untuk menarik atensi konsumen dan kini yang terbaru datang dari Birkenstock yang menggandeng Chrome Hearts. Dua jenama dari dua latar yang berbeda ini menawarkan koleksi alas kaki yang bergaya edgy yang menampilkan identitas visual masing-masing.
Perpaduan ini menghadirkan reinterpretasi pada salah satu siluet ikonis Birkenstock, yakni Boston clog, yang berhiaskan detail hardware dari Chrome Hearts. Fashion influencer Yoyokulala menjadi salah satu yang pertama mengenakan koleksi Birkenstock x Chrome Hearts ini. Gayanya bisa menjadi inspirasi di mana, sandal ini juga bisa dikenakan dalam gaya yang kasual.
Filosofi di Balik Simbol Klasik Chrome Hearts

Di balik desain ikonis Chrome Hearts tersimpan kisah yang tak kalah menarik. Terinspirasi dari gaya baroque dan pengaruh arsitektur Eropa klasik, salib ini pertama kali muncul sebagai detail pada aksesori motor dan jaket kulit custom.
Chrome Hearts pertama kali berdiri pada tahun 1988, didirikan oleh Richard Stark, seorang pengrajin kulit dan penggemar otomotif yang kemudian menjadi desainer berkarakter kuat. Bersama rekannya Leonard Kamhout sang spesialis perak, dan John Bowman figur teknisi di balik kualitas kulit, Chrome Hearts muncul dari bengkel kecil di Los Angeles, berakar pada dunia musik rock, motor, dan seni kerajinan tangan.
Nama Chrome Hearts sendiri lahir dari semangat para pendiri yang tak berujung dari gaya hidup sekelompok pemuda pemberontak yang ambisius, bertransformasi menjadi simbol kemewahan alternatif di dunia mode. Kini, brand ini sangat dekat dengan para pecinta streetwear, lho Babes.
Cerita Di Balik Nama Besar Birkenstock 
Brand alas kaki ini didirikan oleh Johann Adam Birkenstock pada abad ke-18. Berbeda dari aura rebel Chrome Hearts, Birkenstock punya sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1774 di Jerman. Saat itu, Johann Adam Birkenstock memulai sebagai pembuat sepatu.
Perusahaan ini kemudian berkembang di bawah cucunya, Konrad Birkenstock, yang mulai merancang insole berbentuk sesuai dengan anatomi kaki manusia yang saat itu merupakan inovasi yang cukup berani di dunia alas kaki. Inovasinya itu didasari keinginan besar untuk menciptakan kenyamanan, hingga sampailah solusi untuk menggunakan cork-latex footbed yang mendukung bentuk alami telapak kaki dan dilestarikan hingga masa kini, dan material ini pun menjadi bahan inti dari Birkenstock.
Siluet Klasik yang Tak Pernah Usang
Model Boston clog pertama kali dikenalkan pada tahun 1979 dan sejak itu menjadi salah satu koleksi alas kaki paling ikonis dari Birkenstock. Desainnya yang menutup sebagian kaki namun tetap breathable menjadikannya ideal untuk segala musim. Di balik desain ini tertanam filosofi fungsionalitas khas Jerman yaitu minimalis, ergonomis, dan tahan lama.
Karya Kolaboratif yang Menyatukan Dua Dunia
Perilisan koleksi kolaborasi Birkenstock dengan Chrome Hearts menunjukkan bahwa tiada batasan dalam pilihan kolaborator. Desain sepatu mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan busana namun bukan berarti tak bisa memiliki variasi desain yang luas.
Sematan detail perhiasan tanpa mengubah banyak elemen justru membuktikan bahwa pada akhirnya kolaborasi adalah tentang perayaan karakter bukan hanya identitas visual semata.