Benarkah Orang Sensitif Lebih Rentan Tersakiti? Ini Penjelasan Psikologi yang Perlu Kamu Tahu
Jika kamu sering merasa terlalu peka, mudah menangis, atau gampang terbawa suasana, mungkin kamu akan bertanya, “apa aku terlalu sensitif?” Di tengah dunia yang menghargai ketegasan dan logika, menjadi pribadi yang perasa kadang dianggap kelemahan. Bahkan, kamu mungkin mulai percaya bahwa kamu memang terlalu rapuh untuk dunia yang keras.
Namun, ilmu psikologi punya pandangan yang jauh lebih dalam tentang sensitivitas. Dalam penelitian oleh Dr. Elaine Aron, seorang psikolog klinis yang memperkenalkan konsep Highly Sensitive Person (HSP), disebutkan bahwa sekitar 15–20% populasi memiliki sistem saraf yang lebih responsif terhadap rangsangan emosional dan lingkungan. Artinya, kamu memang merasa lebih dalam, tapi itu bukan berarti kamu lemah.
Sensitivitas Emosional Itu Bawaan, Bukan Pilihan
Menjadi sensitif bukan hasil dari “terlalu manja” atau “terlalu drama”. Dalam jurnal Personality and Individual Differences (2010), ditemukan bahwa individu dengan sensitivitas tinggi memiliki aktivitas otak yang lebih kuat di area empati dan pemrosesan emosi. Jadi, kamu merasakan lebih banyak karena sistem sarafmu memang bekerja lebih intens.
Kamu Lebih Rentan Tersakiti, Tapi Juga Lebih Mampu Merasakan Kedalaman Cinta
Ya, orang sensitif cenderung lebih mudah terluka oleh kata-kata, ekspresi, atau situasi kecil. Tapi sisi lainnya, kamu juga mampu merasakan cinta, keindahan, dan koneksi manusia dengan cara yang jauh lebih mendalam. Menurut The Highly Sensitive Person in Love (Elaine Aron, 2000), kepekaan ini membuatmu lebih intuitif dan penuh perhatian dalam hubungan.
Luka Emosional Bisa Tinggal Lebih Lama, Tapi Bisa Diolah dengan Lebih Dalam
Karena kamu lebih mudah menyerap energi sekitar, luka emosional bisa membekas lebih lama. Tapi kamu juga punya kapasitas luar biasa untuk memproses emosi secara mendalam. Dengan latihan self-awareness dan journaling, kamu bisa mengubah luka menjadi pelajaran yang memperkaya jiwa.
Dunia yang Bising Bisa Melelahkanmu Lebih Cepat
Kamu mungkin merasa cepat lelah setelah interaksi sosial atau berada di tempat ramai. Itu karena otakmu menyerap lebih banyak stimulus. Bukan berarti kamu antisosial, kamu hanya butuh ruang untuk memulihkan energi. Memberi batas dan waktu menyendiri bukan tanda egois, tapi bentuk perawatan diri bagi orang sensitif.
Sensitivitas Adalah Kekuatan Bila Kamu Belajar Merawatnya
Ketika kamu menerima kepekaanmu, bukan melawannya, kamu akan menemukan bahwa dunia butuh lebih banyak orang sepertimu. Orang yang bisa mendengar tanpa menghakimi, merasa tanpa menyangkal, dan mencintai dengan ketulusan utuh. Sensitivitas bukan kutukan, tapi kekuatan yang perlu dirawat dengan kelembutan.
Jadi, benar bahwa kamu lebih mudah tersentuh dan terluka. Tapi itu bukan kelemahan, itu adalah kekayaan batin yang membuatmu lebih manusiawi. Saat kamu mulai memeluk sensitivitasmu, kamu akan tahu, kamu cukup… dan justru berharga karena hatimu bisa “merasakan” lebih banyak dari kebanyakan orang.