Film Review: Petualangan Rasa di Aruna & Lidahnya
Tidak dianjurkan menonton film ini dalam kondisi perut kosong.
Itu pesan paling penting yang bisa Cosmo berikan padamu tentang Aruna & Lidahnya, film terbaru garapan Edwin yang dipersembahkan oleh Palari Films. Kenapa? Well, karena film ini bertabur sajian-sajian lezat yang dihadirkan dengan begitu menggoda mata dan imajinasi sekaligus memancing respons alami kita untuk menjilat bibir, menelan ludah, atau menahan bunyi perut yang tiba-tiba. Intinya, tidak ada yang lebih menyiksa dibanding menonton film ini sambil kelaparan.
Untungnya, chemistry di antara Dian, Nico, Oka, dan Hannah berhasil disajikan dengan begitu renyah, Tanpa adanya chemistry di antara para pemain, film ini akan langsung bubar jalan. Keempatnya berhasil membungkusnya dengan celetukan ringan, komentar usil, dan gestur-gestur kecil yang seringkali berbicara lebih lantang dibanding sekadar dialog. Yang juga menarik adalah film ini memberikan kesempatan bagi keempat tokoh untuk lebih mengenal satu sama lain dengan lebih intim. Tak hanya berputar pada Aruna dan Farish saja, kita juga bisa melihat dinamika antara Aruna dengan Bono, Bono dengan Nad, Nad dengan Farish, Farish dengan Bono, lalu tentu saja momen Aruna dengan Nad yang menampilkan pertemanan antara perempuan dengan begitu real: mulai dari memberikan pembalut hingga obrolan tentang cinta dan pentingnya membawa kondom.
Bagaimanapun, cerita tentang empat orang dewasa muda yang telah ajek dalam karier namun masih gamang dalam urusan cinta memang belum terlalu banyak kita temukan di menu film Indonesia yang terkesan itu-itu saja, dan hal itu yang coba ditawarkan dalam film ini.
Bila indikatornya adalah penonton yang mendecakkan lidah setiap visual makanan terpampang di layar dan ikut tertawa di adegan atau dialog yang memang diharapkan mengundang senyum, maka film ini rasanya telah berhasil menuntaskan dahaga tersebut.
Aruna & Lidahnya mulai tayang di bioskop tanggal 27 September 2018.
(Image: Dok. Palari Films.)