Cara Berhenti Jadi ‘People Pleaser’, Step by Step!
Pernahkah kamu merasa selalu mengiyakan permintaan orang lain meski sebenarnya capek? Atau sering merasa bersalah hanya karena berkata “tidak”? Kalau iya, bisa jadi kamu terjebak dalam pola people pleaser. Pada awalnya, menyenangkan orang lain memang terlihat baik, tapi jika terus menerus dilakukan tanpa mempertimbangkan kebutuhan diri, kamu bisa kehilangan energi, identitas, bahkan kepercayaan diri.
Menurut psikologi, people pleasing sering muncul dari keinginan kuat untuk diterima dan menghindari konflik. Namun, penelitian dalam Journal of Personality (2018) menunjukkan bahwa terlalu sering mengorbankan kebutuhan diri demi orang lain justru meningkatkan risiko stres dan depresi. Karena itu, penting untuk belajar berkata jujur pada diri sendiri, dan berhenti jadi people pleaser dengan langkah yang bertahap.
Berikut panduan Cara Berhenti Jadi ‘People Pleaser’ Step by Step yang bisa kamu terapkan.
1. Sadari Pola dan Akar Masalah
Langkah pertama adalah menyadari kapan dan di situasi apa kamu cenderung ingin menyenangkan orang lain. Bisa jadi ini berakar dari masa kecil, ketika kamu merasa lebih aman saat menuruti orang lain. Dengan mengenali polanya, kamu lebih mudah melihat mana yang masih relevan dan mana yang sudah tidak sehat untukmu.
2. Belajar Mengatakan “Tidak” dengan Ringan
Kata “tidak” sering terasa berat karena kamu takut mengecewakan orang. Namun, menurut Journal of Social and Clinical Psychology (2019), kemampuan berkata “tidak” berhubungan erat dengan tingkat kepercayaan diri. Kamu bisa mulai dari hal kecil, misalnya menolak ajakan yang tidak mendesak, lalu bertahap ke situasi yang lebih besar.
3. Bangun Self-Compassion
People pleaser sering keras pada diri sendiri karena standar penerimaan mereka bergantung pada orang lain. Dengan melatih self-compassion, kamu belajar memperlakukan dirimu seperti sahabat baik, penuh pengertian, maaf, dan kasih. Penelitian Kristin Neff (2011) menunjukkan bahwa self-compassion menurunkan kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
4. Buat dan Tegakkan Batas yang Sehat
Batas bukan berarti kamu egois, tapi tanda bahwa kamu menghargai energi dan waktumu. Kamu bisa mulai dengan kalimat sederhana seperti, “Aku bisa bantu sampai jam lima, setelah itu aku ada kegiatan lain.” Studi di Journal of Contextual Behavioral Science (2020) menemukan bahwa orang yang mampu menegakkan batas lebih jarang mengalami burnout dalam hubungan sosial maupun pekerjaan.
5. Lakukan Evaluasi dan Perayaan Kecil
Setiap langkah kecil penting untuk dirayakan. Setelah berhasil menolak permintaan yang tidak perlu atau berani jujur menyampaikan kebutuhanmu, beri penghargaan pada diri sendiri. Dengan evaluasi rutin, kamu bisa melihat progres nyata sekaligus memperkuat keyakinan bahwa berhenti jadi people pleaser bukan hanya mungkin, tapi juga membuat hidup lebih ringan.
Cosmo Babes, berhenti jadi people pleaser adalah perjalanan, bukan tujuan instan. Dengan menyadari pola, berlatih berkata “tidak”, membangun self-compassion, menegakkan batas, dan mengevaluasi langkahmu, kamu bisa hidup lebih otentik dan sehat secara emosional. Ingat, kamu berhak bahagia tanpa harus selalu menyenangkan semua orang.