Mengenal Dissociative Identity Disorder yang Dimiliki Shin Hye Sun di Dear Hyeri
Drakor berjudul Dear Hyeri kian melejit. Drama yang dibintangi Shin Hye Sun ini bukan seperti drama romantis pada umumnya, Dear Hyeri mengangkat isu seputar kesehatan mental yang dialami oleh pemeran utamanya.
Karakter Joo Eun Ho yang diperankan Shin Hae Sun memiliki gangguan mental, tepatnya Dissociative Identity Disorder (DID). Ia berkepribadian ganda dengan berperan sebagai dirinya dan sosok lain bernama Joo Hyeri yaitu adiknya yang hilang.
Namun, orang lain di sekitar Joo Eun Ho tak ada yang menyadari jika ia mengidap Dissociative Identity Disorder (DID). Ia pun harus berjuang melawan kepribadian lain yang muncul secara tiba-tiba, yang menghambat karier dan kehidupan pribadinya.
Merangkum dari Psychology Today, berikut yang perlu diketahui tentang Dissociative Identity Disorder (DID) yang diderita Joo Eun Ho.
Apa Itu Dissociative Identity Disorder (DID)?
Dissociative Identity Disorder (DID) adalah kondisi langka di mana dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian yang berbeda hadir dalam diri seseorang dan secara bergantian mengendalikannya.
Sebagian orang menggambarkan hal ini sebagai pengalaman kerasukan. Orang tersebut juga mengalami kehilangan ingatan yang terlalu parah untuk dijelaskan dengan kelupaan biasa.
Setiap kepribadian atau identitas tersebut memiliki nama, latar belakang, karakter, dan ciri-cirinya masing-masing, dan dapat mengambil alih kontrol tingkah laku penderitanya.
Seseorang yang menderita gangguan disosiatif cenderung mengalami memory gap. Perbedaan kepribadian yang dimiliki tersebut juga dapat membuat penderita DID terlihat seperti orang yang berbeda dari satu momen ke momen lainnya. Di mana, setiap identitas juga akan memberi reaksi yang berbeda terhadap orang lain di sekitarnya.
Ciri gangguan ini berupa masalah memori, kesadaran, atau kepribadian. Semua kondisi tersebut muncul akibat stres atau kejadian traumatis yang pengidapnya alami pada masa lalunya, dapat berupa kekerasan fisik atau emosional yang terjadi secara berulang-ulang.
Gejala Dissociative Identity Disorder (DID)
Seseorang didiagnosis dengan gangguan Dissociative Identity Disorder (DID) jika:
- Mengalami dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian yang berbeda (masing-masing dengan pola persepsi, hubungan, dan pemikirannya sendiri yang bertahan lama tentang lingkungan dan diri sendiri).
- Gangguan dalam identitas melibatkan perubahan dalam perilaku, kesadaran, ingatan, persepsi, kognisi, dan fungsi motorik.
- Kesenjangan sering ditemukan dalam ingatan individu tentang sejarah pribadi, termasuk orang, tempat, dan peristiwa, baik di masa lalu yang jauh maupun yang baru saja terjadi.
- Gejalanya menimbulkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya.
- Seseorang dengan DID mungkin menggambarkan perasaan bahwa mereka tiba-tiba menjadi pengamat yang tidak memiliki kepribadian atas ucapan dan tindakan mereka sendiri. Mereka mendengar suara-suara (suara anak-anak atau suara kekuatan spiritual), dan dalam beberapa kasus, suara-suara tersebut menyertai beberapa aliran pikiran yang tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut.
- Terkadang penderita DID mengalami fugue disosiatif, misalnya saat mereka menyadari bahwa mereka telah bepergian, tetapi tidak mengingat pengalaman tersebut. Kesadaran mereka terhadap amnesia berbeda-beda, dan penderita DID cenderung meminimalkan gejala amnesia mereka, bahkan saat hilangnya ingatan itu jelas dan mengganggu orang lain.
Mengatasi Dissociative Identity Disorder (DID)
Perlu diketahui bahwa tidak ada cara untuk mengobati DID sepenuhnya. Pengobatan gangguan kepribadian ganda umumnya hanya ditujukan untuk meredakan gejala-gejala yang dialami penderita, seperti depresi dan rasa cemas berlebih.
Adapun beberapa terapi yang dapat disarankan oleh dokter untuk dijalani oleh penderita DID adalah psikoterapi, terapi perorangan, terapi keluarga, dan terapi grup.
Terapi-terapi tersebut dapat membantu penderita untuk:
- Mengidentifikasi dan mengatasi trauma kekerasan di masa lalu.
- Mengantisipasi perubahan tingkah laku yang dapat terjadi secara tiba-tiba.
- Menggabungkan identitas-identitas yang terpisah menjadi satu.
Selain menyarankan penderita untuk menjalani terapi-terapi di atas, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan, seperti obat antidepresan, antipsikotik, atau penenang untuk mengatasi gejala-gejala DID.
Penderita pun disarankan untuk menghindari stres guna mengurangi frekuensi identitas alter mengambil alih tubuh dan mengontrol tingkah laku. Adanya support system yang kuat dari keluarga dan teman dekat juga bisa memberi dampak positif terhadap kualitas hidup penderita DID.