Dinamika Cinta dalam Koleksi Terbaru MORAL di Fashion KODE Seoul
Ketika berbicara kreasi mode yang bertemakan cinta, Anda mungkin akan terbayang gaun-gaun feminin berdetail ruffles dan warna pastel namun MORAL membuat pengecualian. Dalam koleksi terbarunya yang bertajuk Episode, MORAL mengolah tema cinta dalam koleksi yang edgy dan playful. Koleksi tersebut sendiri dipresentasikan di gelaran Fashion KODE 2025 di Seoul pada 18 Oktober 2024 lalu.
Andandika Surasetja selaku creative director mengatakan bahwa ia mengeksplorasi tema cinta dari perspektif yang berbeda. “Ketika membahas cerita cinta orang mungkin akan berfokus pada hal-hal yang romantis, lovey-dovey saja. Tapi kali ini yang saya angkat adalah tentang babak-babak yang menyakitkan,” jelasnya kepada Cosmo.
Permainan Detail dan Warna
Narasi yang gelap tersebut tampak terlihat dalam pilihan siluet oversize pada luaran yang berkesan powerful, warna gelap, dan corak mawar hitam. Namun masih terdapat sentuhan romantis nan playful pada koleksi lewat kehadiran warna pink. Seperti pada oversized coat, blus pita, rok pendek, dan celana denim.
Selanjutnya warna semakin meredup dan tampilan yang dihadirkan semakin terlihat fierce. Seperti atasan lengan panjang nude yang berkilauan dengan celana denim berhiaskan bordir dan kristal Swarovski. Statement pants tersebut menjadi salah satu key pieces di mana hadir dalam beragam pilihan warna seperti navy, hijau, pink, dan ungu.
Tailoring turut menjadi focal points dari koleksi ini. Selain mantel, MORAL juga menghadirkan setelan dengan jaket berpotongan sleeveless. Tailoring juga yang merefleksikan sisi eksperimental MORAL lewat kehadiran look berupa padanan coat yang dikenakan bersama breastplate.
Sisi poetic dari inspirasi mengenai dinamika kisah cinta terwakili dari kehadiran bawahan transparan yang dipadukan bersama blus dan crop jacket serta polo shirt dan parka. Kedua look tersebut mungkin mewakili apa yang disebut Andandika sebagai “aspek kerapuhan” dalam sebuah hubungan.
Narasi dan subteks telah menjadi ciri khas dari label yang sudah berdiri sejak tahun 2013 tersebut. Setiap rancangan lahir dari rekoleksi emosi. “MORAL itu lini utama yang konseptual dan eksperimental. Kita selalu berusaha mengolah emosi yang saya terjemahkan ke dalam siluet, warna, dan tekstur,” jelas Andandika.
Meski konseptual dan eksperimental, MORAL tak melupakan aspek komersial. Setiap busana, meski merupakan statement piece, tetaplah mudah untuk dikenakan. Semisal celana denim yang berkilauan di koleksi ini dapat terlihat formal ketika dipasangkan dengan kemeja putih. Nuansa romantis dan poetic juga hadir dalam busana yang kasual seperti polo shirt.
Lantas bagaimana dengan akhir dari kisah cinta yang diceritakan MORAL dalam koleksinya ini? Melihat dari hasil interpretasi temanya menjadi deretan busana yang poetic, edgy, dan pragmatis, safe to say it’s a happy ending—for MORAL and for us, too.