Mengenal Apa Itu Apology Language?
Kamu pasti sudah familiar dengan love languages, teori yang menjelaskan bahwa setiap orang punya lima cara utama untuk menerima cinta dan kasih sayang. Kalau ditanya apa love language kami? Jawabannya pasti gifts, tanpa ragu! Tapi, pernah dengar tentang apology languages? Konsep ini diperkenalkan oleh konselor pernikahan sekaligus pastor, Gary Chapman (ya, dia juga yang mencetuskan teori love languages) bersama psikolog Jennifer Thomas dalam buku 'The 5 Apology Languages'. Teori ini membahas cara berbeda orang menyelesaikan konflik dalam hubungan—termasuk bagaimana pasanganmu memahami bahasa permintaan maafmu, alias cara terbaik untuk meminta maaf padamu (dan sebaliknya).
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari konsep ini? “Ini bisa jadi titik balik besar dalam menyelesaikan konflik,” ujar psikolog sekaligus konselor hubungan, Kate Daly. Sama seperti love languages, apology languages bisa jadi panduan awal untuk membantumu lebih mudah berkomunikasi dengan pasangan atau menyelesaikan perbedaan. Penasaran? Berikut penjelasan Daly tentang setiap apology language dan apa yang bisa mereka katakan tentang dirimu.
1. Mengungkapkan Penyesalan
Ini adalah bentuk permintaan maaf klasik: "Aku minta maaf," yang fokus pada pengakuan kesalahan dan tanggung jawab. Orang yang memilih jenis permintaan maaf ini tidak mengharapkan upaya memperbaiki atau meminta pengampunan. Sebaliknya, mereka lebih ingin menyoroti luka emosional yang disebabkan. “Empati adalah segalanya. Mereka mengutamakan validasi terhadap perasaan orang lain,” kata Daly.
2. Menerima Tanggung Jawab
Permintaan maaf ini menekankan kejujuran dan keberanian mengakui kesalahan. Jika ini adalah apology language-mu, kamu menghargai kerentanan yang muncul dari pengakuan kesalahan. “Orang yang lebih suka bahasa ini menghargai tanggung jawab yang jelas dan pemahaman tentang alasan terjadinya kesalahan,” jelas Daly.
3. Memberikan Restitusi
Orang yang memilih bentuk permintaan maaf ini lebih mengutamakan aksi nyata. Mereka mungkin meragukan ketulusan permintaan maaf kecuali ada contoh konkret tentang bagaimana si pelaku akan mengubah perilakunya. Bagi mereka, “tindakan nyata lebih penting daripada sekadar kata-kata,” kata Daly.
4. Penyesalan yang Tulus
Ini untuk orang-orang yang benar-benar ingin tumbuh dari kesalahan mereka. Kalau ini adalah cara kamu meminta maaf, kamu mungkin menghargai penjelasan ketika orang lain melakukan kesalahan padamu. “Memperbaiki situasi saat itu saja tidak cukup. Mereka mencari solusi untuk mencegah situasi serupa di masa depan,” ujar Daly.
5. Meminta Pengampunan
Bahasa ini seperti adegan Carrie di 'Sex and the City' yang berteriak, "You have to forgive me!" sambil berdiri di depan pintu Aidan. Kalau ini adalah apology language-mu, kamu kemungkinan memahami usaha besar yang dibutuhkan untuk memaafkan. Namun, Daly mengingatkan, “Pengampunan tidak boleh dipaksakan.” Jika kamu menerimanya, “akui bahwa kamu menghargai pengampunan itu karena menunjukkan rasa hormat dan kerendahan hati,” katanya.
Apapun apology language-mu, Chance Marshall, seorang psikoterapis dan co-founder The Self Space, merekomendasikan untuk mendekati kategori ini secara “kritikal” dan mengingat bahwa setiap hubungan itu unik. “Hubungan yang sehat membutuhkan komunikasi terbuka, empati, dan usaha nyata untuk saling memahami. Bahasa terpenting dalam hubungan adalah bahasa yang kita bangun bersama. Di luar skrip, kerangka kerja, atau formula,” katanya.
Namun, satu hal yang pasti, selalu ada baiknya meminta maaf jika kamu memang melakukan kesalahan.
(Artikel ini disadur dari Cosmopolitan.com / Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis, Nadhifa Arundati / Image: Dok. Pexels by Timur Weber)