Stop! 6 Tanda Kamu Telah Menyabotase Hubunganmu Sendiri
Setiap orang pantas mendapatkan hal-hal baik dalam hidup, kecuali mereka yang menelepon kamu jam 9.30 pagi untuk rapat kerja tanpa alasan yang jelas (thanks, but nah!). Tetapi kadang, karena sibuk menghadapi sindrom imposter atau takut terluka, kamu justru menjauhkan diri dari hal-hal baik itu. Kamu ghosting diri sendiri dari peluang bahagia karena nggak bisa berhenti overthinking. Mulai dari membesar-besarkan balasan satu pesan hingga merencanakan “jalan keluar emosional” sebelum hubungan jadi serius, self-sabotage adalah penjahat utama di romcom hidupmu.
Sering kali, satu-satunya penghalang antara hubungan sehat yang kamu impikan dan kenyataan… ya, adalah dirimu sendiri.
Bayangkan kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang keren, perhatian, dan selalu menghormati kamu. Dengan standar dunia kencan sekarang, ini adalah jackpot yang harus kamu pertahankan! Tapi, apa yang bikin kamu justru menarik diri atau bahkan melepaskan perilaku buruk ke dia? Yap, itu adalah inner saboteur kamu sendiri, lengkap dengan lagu Anti-Hero Taylor Swift sebagai background music.
Self-sabotage biasanya melibatkan perasaan atau perilaku yang terlalu diabaikan atau justru terlalu dipikirkan sehingga mengurangi peluang hubunganmu berjalan lancar. Karena kerentanan dan kedekatan sering kali melibatkan emosi mendalam, otak kamu mungkin sudah memberi sinyal tentang risiko patah hati besar, membuat kamu mundur sebelum terluka.
Tapi tenang, mengenali tanda-tanda ini adalah langkah pertama untuk berhenti jadi penyebab drama dalam hubunganmu. Yuk, simak kebiasaan yang harus dihentikan!
1. Pasangan Kamu Bukan Pinterest Board
Punya visi tentang pasangan ideal itu bagus—nilai yang sama, rasa hormat, dan good vibes jelas penting. Tapi kalau daftar keinginanmu terlalu spesifik, misalnya “harus kerja di finansial, punya trust fund, tinggi ideal, mata biru,” kamu cuma bikin diri sendiri dan dia frustrasi.
Cara berhenti: Fokus pada hal-hal esensial yang penting untuk hubungan sehat, seperti komunikasi, kebaikan, dan tujuan bersama. Ingat, kesempurnaan itu overrated.
2. Terlalu Banyak Membaca Tanda (Yang Sebenarnya Nggak Ada)
“Dia bilang, ‘Talk later.’ Maksudnya apa, ya?!” Kalau kamu langsung masuk mode overthinking setiap kali pasanganmu kirim pesan, ini mungkin trik otak kamu.
Cara berhenti: Pesan teks bukan bahasa cinta. Tanyakan langsung untuk klarifikasi, dan ingat, nggak semua jeda berarti tanda bahaya.
3. Membandingkan Hubungan Kamu Sama Orang Lain
Mulai dari postingan #CoupleGoals sahabat sampai kisah cinta fiksi di Instagram, kamu pakai hubungan orang lain sebagai standar hubunganmu sendiri. Spoiler alert: Itu nggak adil, baik untuk kamu maupun pasanganmu.
Cara berhenti: Media sosial itu bukan kehidupan nyata. Fokus pada apa yang membuat hubungan kamu spesial, bukan apa yang tampak sempurna di layar orang lain.
4. Menguji Pasanganmu (Cinta Bukan Sarana Kuis Dadakan!)
“If you really cared, you’d know what’s wrong.” Kalimat ini cuma bikin frustrasi dan memperburuk komunikasi. Tes seperti ini biasanya muncul dari rasa nggak aman dan bikin pasangan merasa selalu salah langkah.
Cara berhenti: Alih-alih menjebak, ungkapkan kebutuhanmu secara langsung. Ketika kamu jelas tentang apa yang kamu mau, pasanganmu punya kesempatan untuk hadir tanpa tekanan.
5. Bedakan “Me Time” dan “Time-Out”
Meluangkan waktu sendiri bisa jadi cara sehat untuk menenangkan diri dan memperbaiki hubungan. Tapi kalau kamu mengambil time-out karena hubungan terasa berat, mungkin itu tanda kamu menghindari masalah yang lebih dalam.
Cara berhenti: Renungkan alasan kamu mundur. Beranikan diri untuk terbuka, bukan menarik diri. Tujuannya adalah menemukan keseimbangan bersama, bukan melarikan diri dari masalah.
(Artikel ini disadur dari cosmopolitan.in / Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis, Nadhifa Arundati / Image: Dok. Timur Weber by Pexels)