Nyatanya, Kucing Peliharaan Dapat Memberikan Pelajaran Seputar Batasan
Mari kita jujur sejenak—seberapa sering kamu mengizinkan dirimu sendiri untuk diperlakukan “semena-mena”? Well, kita semua pasti pernah mengalaminya. Tanpa menghakimi—saya sendiri telah mengalaminya, sampai pada akhirnya disadari oleh kucing saya. Yes, my cat.
Di saat hari libur, tepatnya hari Minggu, saya memberanikan diri untuk mengganggu tidur kucing saya, tebak, apa yang dilakukan olehnya? Saya di-hissing, dengan tatapan tajam berwarna hijau itu memberikan saya sebuah pesan untuk: menjauh. Di momen tersebut, makhluk kecil yang tak memiliki rasa belas kasihan, mengajarkan saya tentang betapa pentingnya memberikan batasan—suatu hal yang selama ini saya tak saya sadari. Kalau kucing saya bisa membela diri dengan penuh keberanian, mengapa saya tak melakukan hal yang sama? Menjadi titik di mana saya memutuskan untuk mulai tegas menerapkan batasan dalam hidup. Saya akan menunjukkan bagaimana Boomer (kucing saya yang menggemaskan) menerapkan aturan secara seimbang, yakni memberikan afeksi secara dinamis—percayalah, pelajaran seperti ini tentu relevan untuk diterapkan oleh banyak orang!
Berani ekspresikan ketidaksetujuan
Saya selalu berkompromi dengan seseorang yang saya sayangi—rela menemani saudara saya menikmati burger di malam hari (meskipun saya lebih memilih menu makanan lain) hanya karena ia butuh ditemani. Tetapi ada satu lampu neon terang benderang ketika seseorang mencoba memaksa saya. Saat itulah sarung tangan beludru dilepas, dan tangan besi muncul. Contoh kasus: burger? Oke. Dipaksa minum tequila? Sama sekali tidak. Ada perbedaan BESAR antara kompromi dengan pelanggaran yang dilakukan terhadap ruang pribadi—untungnya, saya sudah tidak lagi menerima reservasi untuk pernyataan yang terakhir.
Berikan dirimu waktu
Kucing saya adalah makhluk yang tak konsisten perihan kebutuhan cuddling. Satu menit ia meminta kasih sayang, beberapa lama kemudian ia menghilang, dan menetap di sudut favoritnya, membuat saya merasa seperti seseorang yang cintanya telah ditolak. Tetapi saya sudah paham: bersama kucing, afeksi dan batasan itu beriringan bersama. Hal ini merupakan bentuk murni dari rasa kasih sayang. Seseorang yang lebih memilih anjing ketimbang kucing? Saya rasa orang-orang tersebut memiliki kesulitan dengan penilakan. Kamu tak bisa memaksa afeksi, babe. Semua itu tentang menghargai batasan dan ruang seseorang. Dan kucing saya telah mengajarkan saya tentang hal tersebut secara indah. Saya mulai belajar untuk membatalkan beberapa rencana, ketika social battery saya sudah mulai habis. Saya tak mau memaksakan diri untuk keluar rumah sebagai zombie. Saya lebih memilih memberikan atensi dan energi secara menyeluruh ketika bertemu dengan seseorang—kedengarannya jauh lebih adil, khususnya bagi saya.
It’s all about respect
Kucing saya? Penegak rasa hormat berbulu kecil. Berani macam-macam, cakarnya langsung keluar. Berteriak? Bersiaplah menghadapi keheningan dingin. Makhluk ini juga tidak akan ragu mengeluarkan meow sebagai rasa ketidakpuasan mereka. Sedikit saja sikap dominan—jari yang menunjuk atau aura superioritas dari pemiliknya—akan langsung dibalas dengan keadilan khas kucing. Way to go, cat! Saya pun belajar dari aturan mereka. Bersikap baik pada saya, dan saya akan menjadi penggemar terbesamu. Tidak menghormati saya? Bersiaplah merasakan akibatnya. Rasa hormat bukan untuk dinegosiasikan—itu adalah standar minimum dalam setiap interaksi. Semua orang berhak mendapatkannya.
Menjauh dari hal negatif
Ahli spiritual menyatakan bahwa kucing merupakan makhluk kecil yang “menghisap” segala aura buruk. Mereka menyerap aura negatif layaknya sponge ketika tersiram air. Saya memiliki metode aura-cleansing yakni: cut-off, atau menjauh dari orang atau situasi negatif. Simpel, kok. Menjauh dari energi drakula yang rasanya seperti menghisap darahmu sampai kering. Menjauh dari orang-orang yang mengusik inner-peace. Setelah itu recharge, meditasi, afirmasi, berdoa—apapun yang yang membuat jiwa spiritualmu merasa tenang. Karena sejatinya, melindungi kedamaian diri itu adalah sebuah kewajiban. Bukan berarti bersikap egois; ini merupakan perlindungan diri.
Black cat energy only!
Untuk semua yang sedang jatuh cinta, ini untuk kamu (terutama para girlies!): Biarkan pasanganmu membawa energi golden retriever, sementara kamu menjelma sebagai kucing hitam yang elegan. Kucing tidak mengejar; mereka menarik. Jika seseorang hanya membuatmu terbebani, cukup melakukan cat-walk, kemudian menjauh. Alihkan energi itu untuk pengembangan diri, biarkan aura yang berbicara.
Kucing begitu mandiri hingga manusia pun tidak bisa menolak pesona mereka. Cintai dan dicintai dengan caramu sendiri. Saat kamu memprioritaskan diri sendiri dan memancarkan kepercayaan diri, cinta yang tepat akan menemukanmu.
Mari kita semua mengadopsi lebih banyak energi kucing, setuju? Jadilah lebih tegas dalam setiap percakapan dan tanpa ragu melindungi kebutuhan diri sendiri.
(Artikel ini disadur dari cosmopolitan.in / Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis, Nadhifa Arundati / Image: Dok. Pexels by Tranmautritam)