Film Review: Exhuma, Teror Menyeramkan dari Roh Leluhur

Nadhifa Arundati 07 Mar 2024

Film horor kian marak berdatangan, dan selalu berusaha untuk membuat bulu kuduk berdiri. Hal ini tentu menggerakan industri perfilman Korea Selatan untuk kembali merilis film ber-genre horor di tahun 2024 bernama Exhuma, memiliki premis yang unik dan konseptual.

Film yang digarap oleh Jang Jae Hyun ini sudah mencapai lebih dari empat juta penonton, meski baru tayang sejak tanggal 28 Februari lalu, dan sempat ditayangkan di Berlin International Film Festival yang berlangsung pada 15-25 Februari. Sudah terbayang di benak pikiran, bahwa Exhuma telah berhasil menarik perhatian para sineas. Setelah menyutradari film The Priests dan Svaha: The Sixth Finger, Jang Je Hyun terdorong untuk menciptakan karya film horor dengan kisah yang lebih lekat terhadap kehidupan seseorang, dan tak hanya fokus pada sisi karakternya saja seperti di film-film sebelumnya. Pembuatan film Exhuma ini ia lakukan melalui riset, dengan mengamati proses penguburan dan kremasi yang dilakukan di Korea. Penasaran? Mari kita bahas dulu sinopsis dari film Exhuma

Film bermula dengan kehadiran dua syaman, Hwa-rim dan Bong-gil, di mana keduanya ingin membantu kliennya – keluarga konglomerat di Korea yang menetap di Amerika Serikat. Kejadian aneh tak kasat mata kerap terjadi menimpa keluarga mereka. Aura gelap yang menimpa keluarga ini diduga berasal dari energi sang leluhur, yang jasadnya telah dikubur di perbukitan Korea Selatan. Hwa-rim dan Bong-gil dibantu oleh Sang-duk, seorang ahli feng shui dan Young-geun sebagai pengurus makan. Segala ritual mereka lakukan guna proses penggalian kubur. Ini menjadi titik awal teror menimpa mereka, ketika manusia melawan kekuatan roh jahat, bahkan siluman...too spooky to be true. 

Tak heran kalau animo masyarakat begitu tinggi, pasalnya film Exhuma turut diperankan oleh Kim Go-eun, Lee Do-hyun, Choi Min-sik, dan Yoo Hai-jin. Sejujurnya, kemampuan akting mereka di film ini jelas membuat kita rela menginvestasikan diri kita untuk menyaksikannya selama dua jam empat belas menit.

Setelah usai menyaksikan Exhuma, ada banyak pertanyaan yang terbesit di dalam pikiran Cosmo. Yes, filmnya berhasil memberikan sensasi film horor yang jelas menghibur, namun beberapa hal tampaknya perlu dikupas kembali, tentang apa saja hal yang membuat film Exhuma unggul, serta keganjalan yang dirasakan.

PROS

Sinematografi dan Scoring yang Ciamik

Tanpa perlu membeberkan spoiler, tentu ada banyak hal menarik yang patut diberikan komplimen dari film Exhuma. Teknik sinematografi yang apik, dan scoring yang sukses memikat rasa takut penonton, menjadi perpaduan utuh dalam menyajikan situasi genting. Exhuma merealisasikan ekspektasi kita akan visual film horor yang sesungguhnya, dengan hanya melihat lokasi kejadian (bahkan sebelum adanya roh jahat yang hadir), kita sudah dapat membayangkan teror yang kemungkinan akan terjadi. Seperti salah satu adegan pembacaan mantra yang dilakukan oleh Hwa-rim dan Bong-gil – ucapan yang kita tak pahami artinya, namun berhasil menyuguhkan visual dan musik yang sifatnya disturbing untuk disaksikan. Pembacaan mantra adalah adegan favorit Cosmo

 

Pengenalan Pemahaman Syamanisme dan Feng Shui

Ada dua plot cerita yang terbagi di dalam film Exhuma. Kisah pertama berfokus kepada roh jahat dari leluhur yang ingin berusaha menyakiti keturunannya, kemudian kisah kedua yang menyangkut tentang sejarah kelam hubungan negara Korea dengan Jepang. Kedua plot ini selalu dibumbui dengan pehamanan syamanisme dan feng shui. OK, secara garis besar, mari kita kenali apa itu syamanisme. Sejatinya, syamanisme merupakan sebuah kepercayaan; bahwa roh baik atau jahat dapat menyusup ke dalam tubuh manusia.

Pemahaman ini diadaptasi oleh rakyat asli Korea, dengan menggabungkan praktik agama Buddha dan Taoisme. Exhuma mampu menarasikan pemahamanan ini melalui peran seorang syaman secara lugas, tak membuat penonton memandang syaman sebagai suatu hal yang kuno, dengan cara Hwa-rim dan Bong-gil yang diperlihatkan mempunyai gaya hidup yang normal. Adegan di mana mereka dipanggil ke ruangan medis untuk menyingkirkan roh jahat menjadi sebuah penggambaran bahwa praktik spiritual tak berarti bersebrangan jauh dengan ilmu sains. The opposite that may works. 

Sama halnya dengan pemahaman feng shui yang dilontarkan oleh Sang-duk di sepanjang film. Mungkin beberapa dari kita hanya mengenal feng shui sebagai ramalan keberuntungan melalui tata letak suatu ruangan. Namun Exhuma dapat menyadarkan kita, bahwa ilmu feng shui tak “sesempit” yang kita bayangkan. Konsep elemen-elemen di dalam ilmu feng shui tengah menjadi solusi bagi teror yang menimpa mereka. Cara yang cerdik dalam meringkaskan pemahaman yang kompleks.

 

Chemistry Setiap Karakter yang Dibangun Secara Natural

Hwar-rim dan Bong-gil pada dasarnya hanya memiliki hubungan bisnis bersama Sang-duk dan Young-geun. Namun seiring berjalanannya waktu, dalam melakukan pekerjaan, mereka menjadi sebuah tim yang mampu menyelaraskan tujuan bersama—yakni dengan melindungi satu sama lain. Alur ceritanya tak bertele-tele, perkacapan yang terjadi di antara karakter selalu punya bobot tersendiri, dan hal ini yang membuat masing-masing karakter terlihat esensial. 

 

CONS

Tension yang Kian Memudar di Pertengahan Hingga Akhir Film

Tenang saja, Cosmo tetap tak akan memberikan spoiler! Namun yang cukup disayangkan oleh Cosmo ialah ketegangan yang perlahan memudar. Aspek pertama yakni pemetaan makhluk jahat yang terlalu diperlihatkan secara gamblang. Memang betul, film Exhuma ini bukan tipikal horor jumpscare, dan Cosmo sangat mengapresiasi cara mereka dalam membangun atmosfer yang mencekam. Namun, rasanya kita telah kehilangan "pegangan" saat menuju ke puncak teror dari film Exhuma

Aspek lainnya yang mungkin mempengaruhi adalah di saat narasi filmnya terlalu berfokus pada sisi drama yang sentimental—layaknya film drama ala Korea. Pada akhirnya, perhatian penonton jadi teralihkan, tak lagi terpacu pada rasa takut, melainkan; ikut berpikir bagaimana caranya mereka dapat menang melawan teror yang menimpa. Alangkah lebih baik jika film ini mampu memegang ketegangan rasa penonton secara intens dan tetap menangkap inti dari pesan film Exhuma.

 

 

(Nadhifa Arundati / Image: Dok. IMDb)