Rania Yamin: Memberdayakan Peran Perempuan Melalui Berkain
Menggunakan kebaya modern dilengkapi dengan lilitan kain klasik, saat itu pula Cosmo sudah mengenali sosok Rania Yamin saat dirinya berjalan menghampiri ruang pemotretan – she’s a pretty princess. Sebagai seorang putri Solo, Rania Yamin mampu mendobrak stereotype – bahwa kecantikan itu tak melulu tentang paras, tetapi bagaimana cara dirinya berekpresi melalui berkain serta membentuk kepribadan yang dewasa – melihat usinya yang masih 20 tahun!
Ada banyak hal yang Cosmo dan Rania diskusikan, khususnya tentang perempuan Indonesia – sebuah obrolan yang sebetulnya tak akan pernah ada habisnya. But yes, kali ini Cosmo merangkum pembahasan tersebut secara singkat, sembari mengenal sosok Rania.
Q: Hi Rania! Hope you are doing great. Belakangan ini kamu sedang sibuk apa saja?
A: Hai! Kabar saya tentu baik-baik saja saat ini. Saat ini saya sedang sibuk untuk menekuni bidang content creator. Saya baru mencoba hal ini kurang dari setahun sebetulnya – bulan Juli saya baru aktif untuk memproduksi konten. Selain content creator, saya menjalankan beberapa kolaborasi berkaitan dengan slop Jawa dan busana kebaya yang dimiliki oleh local brands – kolaborasi ini kemungkinan akan rilis di akhir tahun, ditunggu, ya!
Selain itu ada proyek pekerjaan lain bersama Swara Gembira – dan sedang menetap di kantor mereka – karena kini Mangkunegara bersama dengan Swara Gembira telah memproduksi kain bersama, maka kami berada dalam tahap penentuan motif, merencanakan launching event di bulan Agustus, jadi beberapa bulan ke depan kesibukan saya cukup padat.
Q: Cosmo selalu suka gaya kamu! Selalu konsisten untuk memberikan sentuhan Indonesia dalam setiap busana yang kamu pakai. Cosmo penasaran, apa yang mendorong kamu untuk menjadikan kain sebagai main style?
A: Banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang menanyakan hal ini, hahaha! Tetapi sejujurnya, saya tak dapat memberikan alasan yang spesifik perihal apa yang mendorong saya untuk berkain. Karena sejak kecil, keluarga saya telah menerapkan kebiasaan untuk berkain – dan di Istana Mangkunegara sendiri, berkain itu bukan suatu hobi, tetapi keharusan yang pada akhirnya membentuk kebiasaan saya untuk menggunakannya sehari-hari.
Namun jika ditanya kenapa Rania selalu memilih kain yang warnanya eksentrik, kegeraman saya ini sudah dimulai sejak dulu – sewaktu saya berada di Taman Kanak-Kanak – rasanya senang sekali ketika melihat kain yang berwarna, rasa penasaran saya semakin tinggi, hingga akhirnya saya terus mengkombinasikan kain berwarna. Inspirasi terbesar saya dalam berkain pun muncul semenjak membaca buku Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Gadis Pantai – pemetaan tentang cara perempuan berkain itu sangat kaya, mendorong saya untuk terus mengeksplorasi kain Indonesia.
Q: We want to know! Apa saja tips dalam memadukan kain dalam outfit Anda sehari-hari?
A: Well, saya selalu memadukan kain yang sesuai dengan apa yang ada di dalam lemari saya – lebih tepatnya, secara spontan! Contohnya seperti warna kain; agar warnanya tidak ‘tabrakan’, umumnya saya memilih motif kain. Kalau kainnya sangat bermotif, maka untuk atasannya, saya akan memilih warna neutral.
Untuk jenis berkainnya sendiri, saya menghindari jenis berkain wiro Jawa – saya lebih memilih bentuk kain yang dapat memberikan kesan in-shape, hal ini dapat diterapkan juga oleh para Cosmo Babes yang bentuk pinggungnya curvy.
Q: Rania telah merepresentasikan peran perempuan Indonesia yang berdaya. Apa yang terlintas di dalam pikiran Anda ketika mendengar istilah women empowerment?
A: Saya percaya bahwa perempuan dapat menjadi sosok yang maju ketika mereka mempunyai kemauan untuk memperluas wawasan. Saya selalu membiasakan diri untuk membaca buku – banyak sudut pandang menarik yang akhirnya tertanam di dalam pikiran saya dan membentuk sebuah mindset yang positif dan mengenal nilai kehidupan kiita sendiri – dari situ saya yakin kalau buku dapat menjadi medium utama untuk menerapkan pemahaman women empowerment.
Q: Then how do you empower yourself, and also other women?
A: Saya punya prinsip untuk tidak bertergantungan dengan pria – atau suami saya kelak. Saya merasa kurang cocok dengan pemahaman tentang perempuan dalam adat Jawa – posisi perempuan yang cenderung direndahkan, membuat saya ingin membuktikan kalau kita sebagai perempuan dapat membuktikan kalau kita itu berdaya.
Media sosial seperti Instagram, menjadi salah satu wadah yang saya gunakan untuk menyuarakan opini saya perihal kesetaraan kepada para perempuan di luar sana. But in the other hand, hobi saya dalam berkain dan berkebaya juga menjadi salah satu upaya untuk empowering untuk perempuan berani berekspresi.
Q: If we can trace back again, sejak dulu Rania sempat struggle dengan masalah bentuk tubuh. Apakah perjalanan tersebut memberikan kesan yang baik terhadap kondisi Rania saat ini?
A: Hidup saya selalu lekat dengan bullying. Dengan berat badan saya yang mencapai 100 kilo gram ini, banyak orang beranggapan kalau saya itu tidak merepresentasikan ‘keindahan’ yang dimiliki keluarga saya. Keluarga saya punya hobi berolahraga dan tubuhnya selalu ideal – sedangkan sejak duduk di Sekolah Dasar, berat badan saya saja sudah mencapai 50 kilo gram. Ucapan negatif terkait tubuh itu layaknya seperti makanan sehari-hari, harsh truth.
Hal yang sangat membekas adalah; sewaktu SMP, kaki bagian betis saya difoto oleh teman kelas saya, lalu foto itu disebar dengan kalimat, “wah, ini kaki besar banget, bisa untuk makan se-kampung!”
Sudah banyak struggle yang saya lewati, dibantu dengan bantuan profesional – hingga saat ini, kalau boleh jujur, saya masih berada di masa pemulihan. Mendengar pujian saja rasanya begitu asing – untuk menggunakan baju saja saya masih sangat picky karena belum bisa sepenuhnya percaya diri dengan bentuk tubuh saya ini, but I’m trying to get use to it!
Q: Tempo hari, komentar negatif lebih sering kita serap di media sosial ketimbang ucapan secara langsung. Bagaimana cara Rania menghadapi hal tersebut?
A: Untungnya saya dapat mengabaikan setiap komentar negatif di media sosial yang tertuju pada diri saya. Namun satu hal yang menganggu saya belakangan ini yakni komentar negatif yang dilontarkan ke keluarga saya. Cara terbaik yang saya lakukan yakni dengan memblokir setiap akun-akun negatif, it works for me.
Q: Pernahkan mendapatkan tentangan dari keluarga berkaitan dengan gaya hidup yang kamu tampilkan di media sosial?
A: Fakta menarik tentang keluarga Mangkuneragan: di balik stereotipe yang dianggap ‘kaku’, nyatanya keluarga saya tak pernah bersikap protektif – selalu menerapkan nilai- nilai kepercayaan, berkesinambungan pula seperti bagaimana pandangan mereka terhadap diri saya di media sosial. Sejauh ini, mereka justru memberikan dukungan, and I’m so grateful for it.
Q: Apa persona yang ingin Rania tampilkan di dalam media sosial?
A: Dengan adanya ‘bawaan’ dari keturuan keluarga saya – sebagai cicit dari Muhammady Yamin dan Raja Mangkunegaran VIII, persepsi orang-orang terhadap Rania lazimnya berkaitan dengan perempuan anggun bak putri Istana. Persona seperti ini yang ingin sekali Rania ubah – kalau saya juga mengikuti tren sesuai dengan zaman, beserta pemikiran-pemikiran modern yang balik lagi, ingin saya sampaikan ke banyak orang.
Q: OK, mari kita berbicara tentang hobi. Cosmo sering melihat mini vlog kamu di TikTok, very fun! Selain suka berjalan-jalan dan berkain, apa saja hobi Rania yang masih banyak orang lain belum tahu?
I’m a foodie! Saya senang banget kalau masak makanan untuk diri sendiri – saya dapat menyatukan berbagai bumbu, semisalkan: makan khas Indonesia dikombinasikan dengan bumbu Korea, hahaha. Anehnya, saya tak begitu menggemari makanan Jawa – lebih tepatnya, makanan manis! Saya lebih memiih masakanan khas Minangkabau.
Selain makanan, saya pun sangat menikmati seni lukis. Rasanya hidup saya jauh lebih berwarna dan bermakna di saat menciptakan sesuatu melalui lukisan.
Q: Well, apa saja destinasi wisata favorit Rania di Indonesia?
A: Solo akan selalu menjadi destitasi favorit saya. Kedengarannya mungkin klise, tetapi saya sangat mencintai suasana sakral yang dimiliki kota Solo. Selalu ada kedamaian yang saya rasakan ketika menetap di sana.
Q: Menjadi Rania seperti sekarang ini, tentunya berkaitan pula dengan berbagai sosok inspiratif di dalam kehidupan kamu. Can you tell us who they are?
A: Eyang Buyut saya, bernama Gusti Putri Soenituti, beliau merupakan permaisuri dari Raja Mangkunegoro VIII. Beliau merupakan perempuan Indonesia pertama yang berani menggunakan kain dengan corak warna-warni. Dengan sikap lugasnya, beliau bisa menunjukkan kalau dirinya dikenal bukan hanya karena statusnya sebagai permaisuri Raja, tetapi karena sosoknya yang inspiratif.
Q: Bila bicara mengenai relationship, red flags apa saja yang kamu selalu hindari dari seorang pria?
A: Of course, laki-laki yang hobinya selingkuh, serta yang tak tahu arah kehidupannya – dan terlalu sering menghabiskan waktu untuk nongkrong ketimbang melakukan kegiatan bermanfaat.
Q: And last but not least, adakah satu quote yang empowering diri Anda hingga saat ini?
A: Buka jendela dunia seluas mungkin agar kalian tidak dibodohi oleh siapa pun, khususnya laki-laki.
Photographer: Karina Yasmine
Text: Nadhifa Arundati
Stylist: Astriana Gemiati
Makeup: Linda Kusuma Dewi
Hairdo: Lynn
Lighting Assistant: Ivan K
Wadrobe: Bin House, Sejauh Mata Memandang
Property: Rusty Project