Toxic Traits yang Sering Nggak Disadari dalam Pertemanan

Haninadhira Husaini 22 Apr 2025

Memiliki sahabat yang selalu mendukung tentu merupakan anugerah. Namun, pernahkah kamu merasa tidak nyaman atau justru kelelahan secara emosional setelah berinteraksi dengan seorang teman? Bisa jadi, tanpa disadari, kamu sedang berada dalam lingkaran pertemanan yang tidak sehat. Sering kali, sifat toxic dalam pertemanan tersamar di balik sikap akrab dan kebiasaan sehari-hari, sehingga sulit dikenali. Di sini, Cosmo akan membahas berbagai toxic traits yang kerap luput dari perhatian, namun berdampak besar terhadap kualitas hubungan pertemanan. Yuk, simak artikel ini!

Attention seeker

Pernahkah kamu mendengar istilah ini? Yup, attention seeker artinya adalah pencari perhatian atau seseorang yang haus perhatian. Teman seperti ini cenderung merasa tidak nyaman jika bukan dirinya yang menjadi sorotan. Dalam obrolan, ia selalu memotong pembicaraan, mengalihkan topik ke dirinya sendiri, atau bahkan merasa tersaingi jika kamu sedang mendapat pencapaian. Lama-lama, hubungan seperti ini bisa terasa melelahkan karena kamu tidak pernah benar-benar “dilihat”.

Meremehkan yang kamu rasakan

Ketika kamu curhat, responsnya minim empati, terkesan menyepelekan atau menganggap masalah yang ia miliki lebih besar. Ketika teman mempunyai masalah, kamu diminta untuk mendengarkan, memahami, dan hadir sepenuhnya. Pola ini membuat hubungan jadi tidak seimbang dan bisa memicu rasa frustrasi.

Selalu mengkritik

Kritik membangun itu sehat, tapi jika setiap komentarnya terasa menjatuhkan, kasar, atau tidak sensitif—itu bukan kejujuran, tapi bentuk toxic behavior. Kalimat seperti “Saya cuma jujur saja, kok” sering kali digunakan sebagai tameng untuk menyakiti perasaan orang lain tanpa rasa tanggung jawab.

Hanya hadir ketika butuh

Teman yang hanya muncul ketika butuh bantuan atau ingin curhat, tapi hilang saat kamu membutuhkan mereka, adalah contoh klasik dari toxic friendship. Kamu seperti hanya menjadi tempat bantuan, bukan sosok yang dihargai secara utuh.

Manipulatif

Teman toxic yang manipulatif bisa memutarbalikkan fakta, membuatmu merasa bersalah atas sesuatu yang bukan salahmu, atau menggunakan emosimu untuk mengendalikan keputusan. Akhirnya, kamu sering merasa bingung, bersalah, dan mempertanyakan nilai dirimu sendiri.

Reminder!

Mengenali toxic traits dalam pertemanan bukan berarti kamu harus langsung memutuskan hubungan. Namun, memahami batasan dan menjaga kesehatan emosional adalah bentuk self-love yang penting. Jika kamu merasa pertemanan yang dijalani lebih banyak membawa luka dibanding tawa, mungkin sudah saatnya untuk mengevaluasi ulang. Ingat, kamu berhak dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung, menghargai, dan tumbuh bersama kamu, bukan sebaliknya.