Dior Menyapa Jepang Kembali Lewat Koleksi Bernuansa Kontemporer
Maria Grazia Chiuri berhasil menaklukan tantangan terberat ketika merancang koleksi terinspirasi budaya suatu negara. Pada koleksi Dior untuk musim gugur 2025 yang mana ia terinspirasi oleh budaya Jepang, sang creative director sukses mengemas budaya Jepang secara modern tanpa kehilangan sisi autentiknya.
Nuansa Jepang terlihat pada jaket terinspirasi kimono serta detail dan corak hasil karya para artisan lokal. Sebelum membedah lebih lanjut, mari kita dalami dulu alasan kenapa Jepang menjadi sumber inspirasi koleksi Dior. Di mana ternyata keduanya punya ikatan sejarah yang cukup panjang.
Ikatan Sejarah Dior dengan Jepang
Secara tidak langsung, Dior dan Jepang punya ikatan sejarah yang panjang. Negeri Sakura tersebut telah lama menjadi sumber inspirasi bagi rumah mode legendaris ini. Mendiang Christian Dior cukup banyak membuat koleksi terinspirasi dari budaya Jepang. Pada tahun 1952 ia menamai salah satu kreasi gaunnya Tokio. Setahun kemudian ia membuat koleksi bertajuk Jardin japonais (Taman Jepang) yang menampilkan corak burung berterbangan di pohon bunga sakura yang bermekaran.
Pada Tahun 1954 sang desainer merancang busana dari bahan brokat bernama Outamaro, kain mewah buatan Tatsumura Textile dari Kyoto yang legendaris.
Rumah mode Dior juga menjadi pilihan Putri Michiko kala menikahi calon Kaisar Akihito pada tahun 1959 untuk merancang tiga gaun pengantinnya.
Relasi historis Dior dan Jepang juga terus berlanjut di tangan para penerus sang couturier. Seperti John Galliano yang merancang koleksi haute couture musim semi 2007 yang terinspirasi Kabuki dan lukisan karya Hokusai.
Interpretasi Jepang Ala Maria Grazia Chiuri
Kolaborasi menjadi jalan tengah bagi Dior agar tetap memberikan penghormatan yang pantas kepada Jepang dalam koleksinya. Maria Grazia Chiuri kembali menampilkan motif ikonis Japanese Garden namun dalam nuansa yang berbeda. Ia bekerja sama dengan Kihachi Tabata, seorang ahli pewarnaan kimono, untuk menginterpretasikan motif tersebut sesuai preferensinya.
Dalam hal pewarnaan, Dior juga menggandeng Fukuda pembuat kimono kenamaan yang berbasis di Kyoto dalam penerapan teknik hikizume. Sebuah teknik pewarnaan kimono untuk menciptakan gradasi warna yang elegan.
Kombinasi beragam teknik tradisional Jepang tersebut diaplikasikan pada sederet busana kasual dan minimalis seperti bomber jacket, mantel, celana panjang, dan tunik. Di mana memberikan nuansa artistik yang elegan pada deretan pakaian sehari-hari tersebut.
Maria Grazia Chiuri tampak berusaha untuk mengemas koleksi ini agar terasa effortless tanpa kehilangan esensi seni dan kualitas craftsmanship nya. Ketika koleksi ini sudah tersedia di butik, konsumen mungkin tak akan menyangka bila sebuah celana panjang bergaya santai berhiaskan corak dan warna cantik tersebut telah melewati proses panjang dalam pembuatannya.
Tak hanya busana kasual, Dior juga menawarkan sejumlah gaun formal. Pada kategori ini, Maria Grazia Chiuri berfokus pada kreasi gaun transparan berhiaskan bordir bunga. Sebagai opsi, terdapat gaun berpotongan kaftan dalam bahan velvet.
Kolaborasi dengan artisan Jepang juga berlanjut ke ranah aksesori. Sawa Vaughters, seorang perancang topi, dipercaya untuk membuat versi baru dari kasa, topi tradisional Jepang yang biasa dikenakan di festival dansa.
Selebriti yang Hadir
Selaras dengan koleksi ini, nuansa effortless elegan juga terlihat pada deretan selebriti yang menonton fashion show koleksi ini. Aktris Anna Sawai yang merupakan brand ambassador baru Dior tampil elegan dalam padanan jaket bersama rok panjang abu-abu.
Lily James memilih bergaya klasik lewat mantel dan gaun A-line hitam khas Dior. Dan Tu Tontawan tampil stylish dan eklektik memakai rok bunga dari koleksi ini bersama sweater abu-abu.