Penjelasan Akhir Episode 'Bête Noire' dari Black Mirror

Haninadhira Husaini 08 May 2025

Well, kita sudah terjebak dalam distopia di musim 7 Black Mirror, jadi mari kita langsung bahas episode 2, 'Bête Noire'. Maria (Siena Kelly) adalah karyawan yang sedang naik daun di divisi R&D di Ditta, sebuah perusahaan permen dengan ilusi kemegahan ala Wonka.

Episode ini berlangsung selama satu minggu kerja, dimulai pada hari Senin saat Maria yang menguji kelompok fokus untuk remix miso-jam dari cokelat klasik Ditta. Dia melihat wajah yang familiar di ruangan itu, Verity Greene (Rosy McEwen), seorang teman lama dengan aura mata ketiga dan ketenangan yang mengganggu. Verity mengubah ruangan yang penuh pembenci permen miso menjadi pendukung setia, dan saat bertemu Maria di kamar mandi, dengan santai dia mengatakan bahwa dia sedang melamar pekerjaan di Ditta. Lowongan pekerjaan yang bahkan Maria tidak tahu ada.

Sesampainya di rumah, Maria menceritakan pertemuannya dengan Verity kepada pacarnya, Kae. Ia mengenang Verity sebagai sosok penyendiri yang selalu terpaku di lab komputer—dan juga sebagai korban dari rumor kejam yang melibatkan guru mereka, Pak Kendrick, serta julukan yang sangat tidak mengenakkan: 'Milkmaid', yang pertama kali dilontarkan oleh si pembuat onar di sekolah, Natalie Caine.

Tiba di hari Selasa, Verity sudah berhasil mendapatkan pekerjaan itu, dan naluri Maria langsung bereaksi. Tidak ada bukti nyata yang mencurigakan, hanya perasaan gelisah yang perlahan tapi pasti merayap di dalam dirinya. Bahkan Kae, pacarnya, mulai menyadari kepanikan Maria yang semakin menjadi—meskipun ia menyampaikannya dengan sindiran, bahwa Maria memang suka menjadi yang paling unggul.

Pada hari Rabu, Maria terlibat adu argumen dengan Verity dan rekan kerja mereka, Nick, soal sebuah restoran cepat saji yang ia yakini bernama Barnie’s Chicken. Tapi semua orang lain mengingatnya sebagai Bernie’s. Bahkan topi milik Kae yang sebagai kenang-kenangan dari pekerjaan lamanya di sana tiba-tiba juga memiliki ejaan yang berbeda. Google pun mengonfirmasi bahwa Maria yang salah. Ini seperti mimpi buruk efek Mandela yang jadi kenyataan. Minggu ini benar-benar berat untuknya.

Bagaimana hal ini berkelanjutan?

Menjelang hari Kamis, semuanya mulai runtuh. Tuan Ditta sendiri datang untuk mencicipi konsep permen baru buatan Maria yaitu permen marshmallow yang ia racik dengan bangga menggunakan carrageenan (gelatin berbahan dasar rumput laut), karena ia memperhatikan pantangan makanan Tuan Ditta yang beragama Hindu. Tapi plot twist: marshmallow itu sekarang mengandung gelatin sapi. Email Maria kepada Verity yang sebelumnya dengan jelas menyebut 'carrageenan' secara ajaib telah berubah menjadi 'non-pork'. Kini semua orang memihak Verity, bahkan Kae pun mulai goyah. Secara profesional dan pribadi, Maria sedang dihancurkan secara nyata, saat itu juga. Lalu pukulan terakhir datang: Natalie Caine, si pembully yang dulu menjuluki Verity 'Milkmaid', ditemukan bunuh diri setelah berminggu-minggu mengalami gangguan mental.

Ini sudah akhir pekan kerja, dan semuanya benar-benar kacau. Verity menyampaikan pengakuan manis penuh emosi tentang hubungannya dengan Pak Kendrick (guru yang dulu dikaitkan dengan rumor 'Milkmaid'), lalu tiba-tiba menenggak susu almond milik rekan kerja langsung dari kartonnya sambil menatap tajam ke arah Maria, seperti predator yang sedang mengamati mangsanya dan kemudian membuang buktinya. Ia menuduh Maria sebagai pelakunya, dan rekaman CCTV mendukung klaimnya (meskipun Verity diketahui punya alergi kacang). Kenyataan secara harfiah telah dimanipulasi, dan Maria pun dipecat.

Bagaimana akhir dari 'Bête Noire'?

Dari titik ini, Maria menyelinap masuk ke rumah Verity untuk mencuri liontin misterius yang tampaknya menjadi sumber kekuatan manipulasi realitasnya. Ia berhasil menemukannya, tapi kemudian mengetahui bahwa liontin itu terkunci dengan sidik jari. Verity yang baru saja keluar dari kamar mandi, tentu saja menemukan Maria bersembunyi di bawah tempat tidurnya. Dengan tenang, Verity menjelaskan bahwa liontin itu hanyalah remote yang terhubung ke 'kompiler kuantum' di ruang bawah tanah, yang memungkinkannya mengubah realitas seperti pemain Sims yang bosan. Sekali putar tombol, warna baju Maria berubah. Putaran lain, dan Maria tiba-tiba bisa berbicara bahasa Mandarin dengan lancar.

Masuklah: rencana balas dendam. Verity mengklaim bahwa dia menargetkan Maria bukan karena dia adalah pemimpin geng di sekolah menengah (yang sebenarnya tidak) tetapi karena Maria yang pertama kali membuat lelucon tentang Pak Kendrick yang kemudian viral dan dibawa oleh Natalie. Verity sudah menggunakan kompiler untuk hidup sebagai permaisuri sejati dari alam semesta, tetapi buah anggur di pohon tidak terasa semanis balas dendam.

Aksi terakhir berubah menjadi pertarungan superhero ala lo-fi: Maria menggigit, memukul, dan bergulat melalui ilusi-ilusi Verity. Pada satu titik, Verity mengubah realitas menjadi tempat di mana Maria menjadi penyusup bersenjata pisau—polisi datang, senjata terpampang. Dalam upaya terakhir, Maria merebut senjata salah seorang polisi dan menembak Verity di kepala, tepat saat realitas tengah diubah. Itu brutal. Itu gila. Tapi itu memberinya cukup waktu untuk menggunakan jari Verity untuk mengaktifkan liontin dan mengklaim kompiler kuantum untuk dirinya sendiri. Tindakan pertamanya? Menyebut dirinya sebagai permaisuri. Dari alam semesta. Tentu saja.

Maria sebenarnya bisa saja memilih untuk kembali ke alam semesta minggu lalu, mengembalikan hidupnya ke jalur semula dan melupakan keberadaan Verity. Sayangnya, dia memilih kekuasaan. Jika kita diminta untuk menilai perubahan akhirnya menuju kekuasaan sebagai sesuatu yang sinis, Kae memang sempat mengkritiknya karena mendambakan pujian. Sebuah akhir yang sangat Black Mirror, untuk kisah balas dendam yang sangat Black Mirror.

Black Mirror tersedia untuk streaming di Netflix.

Baca artikel selengkapnya di Cosmopolitan.com/uk