Sering Diam Seribu Bahasa, Ini 5 Alasan Psikologis Kenapa Pria Susah Mengungkapkan Perasaannya

Redaksi 2 25 May 2025

Pernah nggak kamu merasa bingung karena pasanganmu terlihat murung tapi bilang, “nggak apa-apa” setiap kali ditanya? Atau kamu berharap ada percakapan terbuka, tapi yang kamu temui justru diam dan pengalihan topik? Kalau kamu pernah mengalami situasi ini, kamu tidak sendirian. Banyak perempuan mengeluhkan hal serupa, tentang kenapa pria begitu sulit mengungkapkan perasaan?

Ternyata, ini bukan soal mereka tidak punya perasaan, tapi lebih kepada bagaimana mereka dibentuk oleh lingkungan dan budaya. Sejak kecil, banyak laki-laki diajarkan untuk kuat, tegar, dan “jangan cengeng.” Akibatnya, mereka tumbuh dengan keterampilan emosional yang lebih terbatas dibanding perempuan.

Berikut penjelasan psikologis yang bisa membantumu memahami pria dengan lebih baik dan mungkin, membantu membangun hubungan yang lebih sehat.

1. Sikap Pria Dibentuk oleh Budaya Maskulinitas

Sejak kecil, banyak pria diajarkan untuk menekan emosi seperti sedih, takut, atau terluka. Mereka diajarkan bahwa menunjukkan perasaan adalah tanda kelemahan. Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), norma gender tradisional membuat pria lebih memilih menunjukkan emosi lewat kemarahan atau diam daripada menangis atau mengungkapkan kerapuhan. Ini adalah warisan budaya yang masih kuat sampai sekarang.

2. Kemampuan Emosional Pria, Tidak Diasah Sejak Dini

Kalau kamu diajari menyebut dan memahami emosi sejak kecil, kamu akan lebih siap mengungkapkannya saat dewasa. Sayangnya, laki-laki sering tidak mendapatkan ruang seperti itu. Dalam Journal of Counseling Psychology (2015), disebutkan bahwa banyak pria mengalami kesulitan emotional articulation karena mereka tidak terbiasa menamai atau memproses perasaan mereka sendiri.

3. Takut Dianggap Lemah atau Tidak Maskulin

Banyak pria khawatir mereka akan dinilai lemah jika terbuka secara emosional. Ketakutan ini membuat mereka menutup diri, bahkan dari pasangan yang paling mereka percayai. Dalam relasi, ini bisa membuat kamu merasa diabaikan, padahal sebenarnya mereka hanya tidak tahu bagaimana caranya bicara soal perasaan tanpa merasa kehilangan “harga diri” mereka.

4. Respon Lingkungan yang Tidak Mendukung

Lingkungan sosial sering memperkuat keyakinan bahwa pria harus selalu “kuat” dan “rasional”. Bahkan saat mereka mencoba terbuka, tanggapan seperti “Ah, masa gitu aja baper?” atau “Laki-laki harus tahan banting dong” bisa membuat mereka kembali menutup diri. Ini menciptakan siklus diam yang terus berulang.

5. Tapi Bukan Berarti Mereka Tidak Bisa Berubah

Berita baiknya, pria bisa belajar dan berkembang secara emosional. Banyak yang sebenarnya ingin terbuka, tapi butuh ruang yang aman dan tidak menghakimi. Dalam hubungan, kamu bisa mulai dengan mendengarkan tanpa langsung menasihati, dan memberi mereka waktu untuk merespons. Dengan pendekatan yang penuh empati, mereka bisa merasa lebih aman untuk berbagi.

Yang perlu diingat, memahami kenapa pria sulit mengungkapkan perasaan, bukan berarti kamu harus menoleransi hubungan yang tidak sehat. Tapi dengan pemahaman yang lebih dalam, kamu bisa membedakan mana yang memang belum bisa mengungkapkan, dan mana yang memilih untuk terus menutup diri. Dan dari sana, kamu bisa menentukan langkah yang terbaik untuk hubungan dan untuk dirimu sendiri.