Mengenal Flexitarian, Gaya Hidup yang Tak Sepenuhnya Tinggalkan Daging
Pernah nggak sih kamu merasa ingin hidup lebih sehat, tapi juga nggak sanggup sepenuhnya meninggalkan sate ayam atau rendang favorit? Kalau iya, bisa jadi kamu cocok dengan gaya hidup flexitarian. Gaya makan ini memungkinkan kamu tetap menikmati daging sesekali, sambil lebih banyak mengonsumsi sayur, buah, dan sumber protein nabati lainnya. Jadi, bukan soal jadi “vegetarian yang gagal”, tapi justru soal menemukan keseimbangan yang cocok buat tubuh dan gaya hidupmu.
Istilah flexitarian sendiri merupakan gabungan dari kata flexible (fleksibel) dan vegetarian. Konsepnya adalah mengurangi konsumsi daging tanpa harus menghilangkannya sepenuhnya dari menu makan harian. Tren ini semakin populer di berbagai negara karena dinilai lebih mudah dijalani dibandingkan menjadi vegetarian atau vegan sepenuhnya.
Nah, sebelum kamu memutuskan untuk mencobanya, yuk kenali lebih dalam seputar flexitarian.
Apa Itu Diet Flexitarian?
Diet flexitarian dikenalkan oleh ahli diet Dawn Jackson Blatner yang menekankan pola makan nabati sebagai dasar, dengan sesekali mengonsumsi produk hewani. Fokus utamanya adalah menambah lebih banyak tumbuhan dalam piring makanmu, bukan soal membatasi secara ekstrem. Menurut Journal of Nutrition (2020), diet ini dianggap seimbang karena memberi manfaat gizi dari tanaman tanpa membuatmu kekurangan vitamin B12 atau zat besi yang biasa ada dalam daging.
Manfaat Kesehatan dari Pola Makan Fleksibel
Kalau kamu sedang mencari cara makan yang sehat tanpa terlalu ribet, diet flexitarian punya banyak manfaat. Studi dari Frontiers in Nutrition (2021) menunjukkan bahwa pengikut pola makan semi-vegetarian cenderung memiliki tekanan darah dan kadar kolesterol yang lebih baik, serta risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Karena tidak terlalu ketat, kamu juga cenderung bisa menjalankannya dalam jangka panjang tanpa merasa tersiksa.
Ramah Lingkungan Tanpa Harus Ekstrem
Selain untuk kesehatan, banyak orang beralih ke pola makan flexitarian karena alasan lingkungan. Kamu mungkin tahu bahwa produksi daging, terutama daging sapi, menyumbang besar terhadap emisi gas rumah kaca. Nah, dengan mengurangi konsumsi daging secara perlahan, kamu sudah berkontribusi mengurangi jejak karbon. Menurut laporan The Lancet Planetary Health (2019), diet semi-vegetarian dapat mengurangi emisi karbon hingga 30% dibanding pola makan konvensional.
Fleksibilitasnya Memudahkan Adaptasi Sosial
Salah satu keunggulan jadi flexitarian adalah kamu nggak perlu khawatir saat kumpul keluarga atau makan di luar. Kamu tetap bisa ikut menikmati masakan khas tanpa merasa bersalah, selama tetap menjaga proporsi dan frekuensi. Gaya makan ini membantumu tetap terlibat secara sosial tanpa tekanan, dan ini penting banget untuk kesehatan mental. Penelitian dari Appetite Journal (2022) menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam diet bisa mengurangi stres makan dan meningkatkan kepuasan hidup.
Tips Memulai Gaya Hidup Flexitarian
Kalau kamu tertarik mencoba, mulailah secara bertahap. Misalnya, tetapkan dua hari bebas daging dalam seminggu, lalu perlahan tingkatkan. Gantilah daging dengan sumber protein nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, atau jamur. Jangan lupa juga eksplorasi resep baru yang seru biar kamu nggak bosan. Intinya, kamu nggak perlu sempurna, cukup konsisten dan sadar akan pilihan makanmu.