Aurora Ribero dan Perjalanan Mencari Versi Terbaik dari Dirinya

Redaksi 30 May 2025

Di usia yang masih sangat muda, Aurora Ribero telah membuktikan dirinya sebagai salah satu aktris paling menjanjikan di industri perfilman Indonesia. Sejak debutnya di usia 13 tahun lewat film box office Susah Sinyal, Aurora mencuri perhatian publik dengan pesonanya yang karismatik dan kemampuan aktingnya yang memukau. .

Seiring berjalannya waktu, namanya bersinar lewat berbagai proyek film dan serial, mulai dari drama coming-of-age Like & Share, horor Pembantaian Dukun Santet, hingga thriller terbaru Shadow Strays yang menantangnya secara fisik maupun emosional. Tak hanya dikenal karena kemampuannya dalam memerankan berbagai karakter, Aurora juga dikagumi karena keberaniannya untuk terus keluar dari zona nyaman dan menjelajahi sisi-sisi baru dalam seni peran.

Di balik layar, Aurora adalah sosok yang reflektif, energik, dan terbuka terhadap proses pembelajaran—baik secara profesional maupun personal, menjadikan dirinya panutan generasi muda yang tidak hanya bertalenta, tetapi juga penuh kesadaran diri.

Dalam wawancara berikut bersama Cosmo, Aurora berbagi cerita tentang perjalanan batinnya sebagai aktor muda, karakteristik pasangan ideal-nya, sampai momen-momen kecil yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup.

Mari simak obrolan hangat Cosmo bersama Aurora Ribero.

Hai Aurora, sedang sibuk apa sekarang?

Saya sekarang lagi obsessed sama pilates, yoga, dan boxing. Menurut saya  itu cara yang seru buat melepaskan stres. Kalau sedang merasa penat, rasanya seperti bisa meluapkan semuanya lewat gerakan—sehabis itu tubuh jadi terasa enak banget, lebih relaxed.

Apakah ketertarikan pada boxing karena kebutuhan film atau pribadi?

Sebenarnya dulu saya pernah coba-coba boxing, tapi belum sampai yang seserius atau sesuka sekarang. Gara-gara film Shadow Strays, saya jadi semakin suka.

Aurora sudah bermain di genre komedi, drama, thriller, dan horor. Apa yang menjadi pertimbangan kamu ketika memilih peran?

Yang paling utama tentu saja karakternya. Saya harus merasa ada sesuatu dari karakter itu yang bisa aku relate atau hubungkan. Bisa tidak saya  membangun koneksi dengan karakternya? Karena buat saya, itu penting banget. Setelah itu, aku juga pertimbangkan siapa sutradaranya dan bagaimana script-nya. Baru kemudian, saya  lihat siapa partner main saya dalam proyek tersebut.

Apakah Aurora bersedia untuk mencoba peran di luar zona nyaman? Misalnya, karakter seperti ini yang belum kamu kenal, namun kamu siap mempelajarinya.

Ya, justru itu tipe karakter favorit saya. Karena it really challenges you. Dapet perasaan kayak, oh my God, I'm so nervous, can I know her? Dari situ saya jadi harus menggali lebih dalam lagi, dan akhirnya dapat sudut pandang baru dari karakternya. Sebenarnya, sebelum saya benar-benar kenal dan memerankan karakternya, sampai setelah selesai, selalu ada sesuatu dalam diri saya yang berubah. Karena setiap ketemu karakter baru, cara pandang saya ikut berubah. Jadi rasanya saya tumbuh dan berkembang. It's such a fun process. I love the process.

Adakah satu kalimat dari naskah yang terus terngiang di kepalamu meskipun proses syuting sudah selesai? Mengapa kalimat itu begitu berkesan bagimu?

Ada, dari film Like & Share. Ada satu adegan waktu karakter saya, Lisa, pulang ke rumah dan dimarahi mamanya. Saya tidak ingat persis dialognya, tapi adegannya diambil one take, jadi emosinya ngalir banget, tidak terputus. Momen itu berkesan karena itu pertama kalinya Lisa cukup berani untuk bicara dan membela dirinya sendiri.

Jika diberi kesempatan untuk hidup sebagai salah satu karakter yang pernah kamu perankan selama sehari, siapa yang akan kamu pilih dan apa yang akan kamu lakukan?

Wah, itu pertanyaan bagus. Mungkin Lisa dari Like & Share, karena saya sayang banget sama karakter itu. Tapi saya juga suka banget karakter 13 di Shadow Strays. Saya sulit untuk memilih karena tergantung di fase hidup mereka yang mana—sebelum filmnya atau setelahnya.

Apakah ada hobi atau keterampilan di luar dunia film yang tanpa disadari memberi dampak positif pada pekerjaanmu sebagai aktor?

Yoga, definitely. Yoga membuat saya  lebih pelan dalam menjalani proses, jadi bisa lebih detail-oriented. Membuat pikiran saya lebih jernih dan saya bisa lebih mendengar suara dari dalam diri sendiri. Acting itu kan soal being present, meskipun di depan kamera atau orang banyak. Dan olahraga seperti yoga, meditasi, semuanya bantu banget buat tetap hadir di momen itu. Karena, pada dasarnya, acting itu belajar jadi manusia. Semakin sensitif dan terbuka kita, semakin banyak yang bisa kita rasakan dan pelajari. Jadi, setiap pengalaman dalam hidup saya pasti berdampak pada cara saya berakting.

Menginjak usia 21 tahun, apa pelajaran hidup yang kamu petik di fase umur 20an ini? Dan bagaimana kamu melihat perbedaan diri ketika masih remaja dengan sekarang?

Saya belajar pentingnya bersikap baik dan sabar ke diri sendiri. Karena kita tidak bisa kontrol hal-hal di luar diri, tapi kita bisa kontrol respon kita. Itu susah sekali, tapi penting. Saya juga makin paham kalau jadi lembut itu jauh lebih sulit daripada jadi cuek. Tapi justru dengan tetap lembut setelah banyak ‘tabrakan hidup’, itu artinya kamu kuat, dan itu proses belajar seumur hidup. Kadang ada waktu dimana kamu harus pegangan, dan kadang ada dimana kamu harus melepas.

Memiliki keturunan Italia, adakah Italian value yang kamu jadikan prinsip dalam hidup?

Oh my God, Italians itu expressive banget. Kalau mereka passionate terhadap sesuatu, mereka tunjukin. Saya dulu lihat papa—kalau dia passionate tentang sesuatu, dia bakal bilang dan tunjukin ke semua orang. Dulu saya tidak terlalu gitu, tapi makin dewasa saya sadar, why not? Kalau kamu suka sesuatu, tunjukkan aja. Dan satu lagi: bagaimana cara membuat pasta atau spaghetti yang tidak akan memalukan keluarga saya  di Italia! Hahaha

Let’s talk about relationships. Apa karakter pasangan yang ideal menurut Aurora Ribero?

Pasangan yang ideal menurut saya harus punya emotional intelligence, bisa kasih dukungan emosional, dan bikin kamu merasa nyaman. Kalau dalam hubungan kamu merasa tidak nyaman, mungkin itu bukan hubungan yang tepat. Selain itu, mereka juga harus punya sedikit selera humor. Soalnya, kalau tidak lucu sama sekali, bagaimana bisa jatuh cinta dan menikmati waktu bersama, kan? Saya juga percaya, yang paling penting bisa happy bareng, tidak harus di tempat fancy, tapi energi mereka bikin kamu betah.

Aurora tampak sering traveling, adakah pengalaman traveling yang berkesan?            

Waktu syuting di Nusa Lembongan, saya punya satu hari bebas. Awalnya saya hanya mau membaca buku di hotel, tapi kemudian saya putuskan untuk jalan-jalan tanpa bawa HP atau apa pun, cuma explore pulau kecil itu. Saya menemukan pantai besar dengan pemandangan tebing yang luar biasa, sunset-nya sempurna, dan saya melihat lumba-lumba loncat di laut! Itu momen yang sangat berarti, karena membuat saya sadar untuk lebih menghargai hidup dan bersyukur. Saya langsung tulis di diary dan akan ingat momen itu selamanya.

Dalam lima tahun ke depan, apa hal yang ingin Aurora capai dalam karier dan hidup?

Saya bukan tipe yang suka bikin target, karena itu seperti membatasi diri. Saya lebih memilih terbuka terhadap segala kemungkinan yang datang. Harapan saya, di usia 26 nanti saya masih penasaran dengan kehidupan, manusia, dan karakter. Tujuan saya adalah terus mencari versi terbaik dari diri saya, dan semoga saya tetap tenang, damai, dan bahagia.


Fotografer: Hadi Cahyono

Stylist: Dheniel Algamar

Digital Imaging: Raghamanyu Herlambang 

Text: Hasya Notarbartolo

Assistant Stylist: Alicia Terisno

Makeup Artist: Jessica Windlis

Hair Stylist: Dea Felicia

Busana: Kemeja/Jas/Celana: H&M, FENDI | Korset: Laurencia Irena | Rok: ATS THE LABEL.

Aksesori: ISSHU