Girls, Ini Waktunya Kita Waspada Atas Bahaya Penyakit Jantung Koroner!
Ada beberapa penyakit yang rentan dialami oleh para perempuan sebut saja kanker payudara, osteoporosis atau infeksi saluran kemih. Tapi pernahkah kamu menyadari ada satu penyakit lainnya yang mengintai para perempuan masa kini? Bahkan yang terburuk penyakit ini bahkan bisa menyerang dalam diam: penyakit jantung koroner (PJK).
Yang juga perlu menjadi perhatian adalah Data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2021 menunjukkan bahwa tidak ada penurunan jumlah penderita penyakit jantung koroner. Ditambah kesadaran akan ancaman penyakit ini juga masih belum merata di berbagai kalangan. Dan satu fakta penting yang perlu kamu ketahui juga, babes bahwa penyakit jantung koroner tak pandang gender sebab dapat diderita baik perempuan dan pria.
SEPERTI APA GEJALA AWALNYA?
Mari kita mengenal lebih dekat penyakit jantung koroner serta sejauh mana penyakit ini memengaruhi tubuh. Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi ketika adanya sumbatan aliran darah yang mengalir ke otot-otot jantung. Penyebabnya adalah pecahnya suatu plak kolestrol di dalam pembuluh darah sehingga membuat aliran darah jadi tersumbat.
Keluhan khas PJK yang perlu kita perhatikan adalah nyeri di dada sebelah kiri, seperti ditekan oleh sesuatu yang berat, yang dapat menjalar hingga ke leher, rahang, bahu, punggung, dan lengan kiri. Seringkali penyakit ini juga disertai rasa berdebar di dada, keringat dingin, pusing, sesak napas, mual, dan nyeri perut.
MENGAPA PARA PEREMPUAN PERLU WASPADA TERHADAP PENYAKIT INI?
Menurut Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah, Konsultan Kardiologi Intervensi, dr. Aninka Saboe, SpJP (K), FIHA, FAPSIC, dari Mayapada Hospital Bandung, perempuan memiliki kekhususan tersendiri terkait penyakit jantung koroner. Selain karena faktor risiko PJK tradisional, seperti tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, kolesterol tinggi, merokok, obesitas, dan riwayat penyakit pada keluarga. Terdapat juga faktor risiko PJK yang khusus pada perempuan, seperti menopause, penggunaan kontrasepsi hormonal, penyakit autoimun (seperti Lupus dan Rheumatoid Arthritis), serta riwayat kehamilan dengan gestational diabetes maupun preeklampsia (tekanan darah tinggi dalam kehamilan).
Yang membuatnya penyakit ini tak kalah berbahaya adalah gejala PJK pada perempuan seringkali tidak khas. Pada perempuan penyakit ini dapat menyerang tanpa nyeri dada yang serius, bahkan gejalanya bisa hanya terasa tidak nyaman di dada, rasa lelah mendadak, atau nyeri ulu hati. Inilah yang membuat penanganan penyakit jantung koroner pada perempuan sering mengalami keterlambatan dalam penanganannya.
APA YANG BISA KITA LAKUKAN UNTUK MENANGANI PJK?
Dengan gejalanya yang terbilang mirip dengan beberapa penyakit lain dan penanganannya yang kerap terlambat, solusi terbaik untuk mengatasinya adalah dengan memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. Apalagi jantung adalah organ inti yang menopang kehidupan.
Menurut Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi dari rumah sakit yang sudah terakreditasi Internasional JCI (Joint Commission Internasional) Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Vireza Pratama, SpJP(K), FIHA, FasCC, FSCAI, penanganan awal PJK stabil biasanya dengan pemberian obat obatan untuk mengurangi gejala Angina atau nyeri dada, menurunkan kolesterol LDL, mengendalikan faktor risiko, dan pemeriksaan uji latih jantung atau pencitraan kardiovaskular.
Apabila keluhan nyeri dada bertambah berat atau ditemukan bukti sumbatan pembuluh darah koroner melalui pemeriksaan pencitraan tersebut, maka rekomendasi medis selanjutnya adalah melakukan tindakan Coronary Angiography (CAG) untuk menegakkan diagnosis PJK secara invasif. Tindakan CAG tersebut dapat dilanjutkan dengan tindakan Percutaneus Coronary Intervention (PCI) yang bertujuan untuk memperbaiki aliran darah koroner dengan cara melebarkan pembuluh darah dengan dilatasi balon dan pemasangan stent atau ring di dalam pembuluh darah jantung tersebut.
dr. Arinto Bono Adji Hardjosworo, Sp.BTKV, Subsp. JD (K) dari Mayapada Hopsital Tangerang kemudian menambahkan tentang proses penanganan penyakit jantung koroner. Jika sudah terlalu banyak sumbatan maka pemasangan stent/ring jantung menjadi tidak ideal lagi sebagai terapi pilihan untuk pasien.
Untuk itu sesuai acuan yang disepakati dalam guidelines baik di Amerika maupun Eropa, tindakan yang disarankan adalah melalui operasi pintas koroner atau CABG (coronary bypass graft) yang banyak dikenal dengan operasi bypass. Operasi bypass merupakan operasi jantung yang paling banyak dilakukan di dunia.
Bila dilakukan di sarana pelayanan yang terpadu dengan jam terbang yang tinggi operasi ini mempunyai tingkat keberhasilan tinggi. Apalagi saat ini operasi bypass bisa dilakukan dengan teknik minimal invasif tanpa memotong dinding dada depan, hanya melalui dada kiri. Operasi minimal invasif dengan sayatan yang lebih kecil akan mempercepat pemulihan pasien di samping rasa nyeri yang lebih minimal.
JADI BISA KAH KITA MENYADARI PJK LEBIH CEPAT?
Tentu! Salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan jantung dan menyadari apakah berpotensi mengalami penyakit jantung koroner (PJK) adalah dengan melakukan skrining penyakit jantung. Hal tersebut penting untuk dilakukan apalagi jika kamu memiliki beberapa faktor risiko dan penyakit bawaan.
Proses skrining tersebut dapat membantu mendeteksi adanya penyakit jantung sedini mungkin sehingga kita juga gejalanya dapat ditangani secara komprehensif. Salah satu tempat yang Cosmo rekomendasikan untuk melakukan skrining, diagnosis, tindakan, hingga rehabilitasi jantung secara holistik adalah di Cardiovascular Center Mayapada Hospital.
Cardiovascular Center Mayapada Hospital memiliki tim multidisiplin yang berpengalaman, didukung dengan kelengkapan fasilitas yang canggih, termasuk layanan kegawatdaruratan jantung (Cardiac Emergency), dengan Call Center 150990, tempat ini juga selalu siaga 24 jam untuk dapat menangani pasien dengan cepat dan tepat, sesuai dengan standar internasional yaitu protokol Door-to-Balloon kurang dari 90 menit.