Jaga Kewarasanmu! 5 Trik Handle Banyak Peran Sekaligus Tanpa Burnout

Redaksi 2 24 Jun 2025

Kamu mungkin pernah merasa seperti sedang jadi sutradara, pemain utama, sekaligus kru dalam hidupmu sendiri. Dari bangun pagi sampai menjelang tidur, peran yang kamu mainkan seolah tak habis-habis, misalnya sebagai pekerja, ibu, anak, pasangan, sahabat, pengurus rumah, bahkan kadang jadi tempat curhat orang lain. Semua berjalan bersamaan, dan kamu terus bergerak, seolah tak ada waktu untuk diam.

Tapi di balik semua kesibukan itu, mungkin kamu mulai merasa sedikit kosong. Bukan karena kamu tidak mencintai apa yang kamu lakukan, tapi karena kamu terlalu jarang berhenti sejenak untuk bertanya, “apa kabar diriku sendiri hari ini?” Menjalani banyak peran memang mulia, tapi jika tidak hati-hati, kamu bisa kelelahan secara fisik dan emosional, yang akhirnya burnout pun tak terhindarkan.

Berikut beberapa trik agar kamu tetap bisa hadir sepenuh hati dalam semua peran, tanpa kehilangan versi terbaik dari dirimu sendiri.

1. Tentukan Batasan Harianmu

Kamu tidak harus jadi segalanya dalam satu hari. Penting untuk menetapkan batas, baik waktu, tenaga, maupun emosi. Menurut penelitian dari Journal of Occupational Health Psychology (Maslach & Leiter, 2016), burnout sering terjadi karena batas antara kerja dan kehidupan pribadi menjadi kabur. Buatlah waktu khusus untuk berhenti, meski hanya 30 menit untuk dirimu sendiri, dan patuhi itu seperti kamu mematuhi deadline penting.

2. Gunakan Teknik Prioritas

Ketika tugas datang bersamaan, kamu bisa pakai teknik Eisenhower Matrix, yaitu bagi aktivitasmu menjadi empat kotak, diantaranya penting & mendesak, penting tapi tidak mendesak, tidak penting tapi mendesak, dan tidak penting & tidak mendesak. Dengan cara ini, kamu tidak hanya sibuk, tapi juga produktif secara sadar. Studi dalam Academy of Management Perspectives menyebutkan bahwa pengelolaan waktu yang terstruktur membantu menurunkan tingkat stres hingga 30%.

3. Sisipkan “Waktu Mikro” untuk Pemulihan

Jangan tunggu akhir pekan untuk beristirahat. Coba ciptakan waktu-waktu mikro sepanjang hari untuk berhenti sejenak. Bisa lima menit minum air sambil tarik napas dalam, atau berjalan kaki tanpa ponsel. Menurut Journal of Applied Psychology (2014), micro-breaks terbukti mampu memulihkan fokus dan energi terutama saat kamu merasa emosional drain. Kamu tetap bisa produktif tanpa harus terus-menerus berlari.

4. Belajar Berkata “Tidak” Tanpa Rasa Bersalah

Kamu tidak egois saat menolak sesuatu demi kesehatan mentalmu. Justru, belajar mengatakan “tidak” adalah bentuk cinta pada diri sendiri. Penelitian dari Psychological Science (2013) menemukan bahwa individu yang bisa berkata “tidak” dengan tegas memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kontrol diri yang lebih baik. Ingat, setiap “tidak” yang kamu ucapkan untuk orang lain adalah “ya” untuk ruang napasmu sendiri.

5. Rawat Hubungan dengan Dirimu Sendiri

Dalam daftar panjang orang yang kamu perhatikan, jangan lupa masukkan namamu juga. Kenali sinyal tubuhmu saat mulai lelah, dengarkan emosimu, dan buat rutinitas kecil yang membuatmu kembali terhubung dengan diri sendiri, entah lewat journaling, olahraga ringan, atau mandi air hangat. Penelitian dari Journal of Health Psychology menunjukkan bahwa self-care secara rutin berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup dan penurunan gejala kecemasan.

Menjalani banyak peran memang tidak mudah, tapi bukan berarti kamu harus kehilangan dirimu di tengah semua itu. Pelan-pelan, dengan kesadaran dan perhatian pada kebutuhanmu sendiri, kamu bisa tetap hadir sepenuh hati, tanpa harus terbakar dalam prosesnya. Kamu berhak istirahat, dan itu bukan kelemahan. Itu tanda bahwa kamu peduli. Pada dunia, dan pada dirimu sendiri.