Berhenti dari Krim Dokter? Ini 5 Cara Transisi ke Basic Skincare Tanpa Drama
Pakai krim dari dokter memang bisa bikin kulitmu mulus dalam waktu relatif cepat, entah itu untuk menghilangkan jerawat, flek, atau bruntusan. Tapi di balik kulit glowing itu, mungkin kamu mulai bertanya-tanya, “Kalau aku stop, kulitku bakal balik lagi nggak ya?” atau “Apa aku akan breakout parah nantinya?”
Pertanyaan-pertanyaan itu wajar banget. Karena berhenti dari krim dokter, terutama yang mengandung bahan aktif tinggi seperti tretinoin, hidrokuinon, atau steroid, bisa bikin kulit ‘kaget’ kalau nggak kamu tangani dengan hati-hati.
Nah, berikut beberapa cara transisi dari krim dokter ke basic skincare tanpa drama, biar kulit tetap sehat dan kamu nggak panik di tengah jalan.
1. Pahami Dulu Apa Saja Kandungan Aktif yang Selama Ini Kamu Pakai
Sebelum kamu stop, cari tahu dulu apa isi dari krim yang kamu gunakan. Apakah mengandung retinoid, AHA/BHA, atau steroid? Ini penting karena kandungan tersebut bisa mempengaruhi bagaimana kulitmu bereaksi saat dihentikan. Menurut Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology (2017), penghentian mendadak bahan aktif seperti steroid topikal bisa menyebabkan reaksi rebound berupa kemerahan, gatal, bahkan jerawat parah.
2. Jangan Langsung Total Stop, Lakukan Secara Bertahap
Kalau kamu selama ini pakai krim pagi dan malam dari dokter, jangan langsung berhenti dua-duanya sekaligus. Coba hentikan satu dulu, misalnya krim pagi, sambil ganti dengan basic skincare seperti gentle cleanser, pelembap, dan sunscreen. Lalu setelah dua minggu dan kulitmu stabil, baru hentikan krim malam secara bertahap, misalnya kamu bisa pakai krim malam 2 hari sekali atau 3 hari sekali. Metode ini memberi waktu bagi kulitmu untuk adaptasi perlahan tanpa shock.
3. Gunakan Basic Skincare yang Minimalis dan Soothing
Kunci dari cara transisi dari krim dokter ke basic skincare adalah memberi kulit ruang untuk bernapas. Hindari dulu produk dengan exfoliant, fragrance, atau active ingredients seperti retinol, vitamin C, dan niacinamide di awal. Fokus pada produk dengan bahan lembut seperti:
- Centella asiatica
- Ceramide
- Panthenol
- Hyaluronic acid
Menurut International Journal of Dermatology (2020), bahan-bahan ini efektif menjaga skin barrier dan mengurangi risiko iritasi selama masa transisi.
4. Jangan Lupakan Sunscreen Setiap Hari
Kamu mungkin sudah pakai sunscreen dari dokter, tapi pastikan kamu tetap menggunakannya selama masa transisi. Bahkan justru lebih penting, karena kulitmu bisa lebih sensitif saat sedang adaptasi. Pilih sunscreen dengan minimal SPF 30 dan PA+++ yang non-comedogenic. Ingat, paparan sinar UV adalah salah satu penyebab utama munculnya jerawat baru dan pigmentasi saat skin barrier sedang lemah.
5. Sabar dan Pantau Perubahan Kulit Secara Konsisten
Transisi ini bukan proses instan. Kulitmu mungkin akan mengalami purging ringan, kemerahan, atau terasa lebih kering dari biasanya dan itu normal. Yang penting, jangan panik dan jangan buru-buru tambah produk baru. Dokumentasikan perubahan kulitmu seminggu sekali lewat foto, dan jika perlu, konsultasi ulang dengan dokter atau skin expert. Sabar adalah bagian penting dari healing skin journey.
Memilih berhenti dari krim dokter bukan keputusan salah, selama kamu tahu cara transisi dari krim dokter ke basic skincare yang tepat. Kulit sehat bukan tentang hasil cepat, tapi tentang perawatan yang lembut dan konsisten. Jadi, dengarkan kulitmu, beri waktu, dan jangan terburu-buru. Karena kulit yang kembali stabil dengan usahamu sendiri, rasanya jauh lebih memuaskan.