Apa yang Harus Dilakukan Jika Pasangan Mengidap ADHD?
Menjalani hubungan dengan seseorang yang mengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memang bukan hal yang mudah. Tapi bukan berarti hubungan kalian tidak bisa berjalan bahagia dan sehat, kok! Kuncinya adalah pemahaman, kesabaran, dan komunikasi dua arah yang terbuka.
ADHD bukan sekadar “gampang lupa” atau “sulit fokus”, ya. Menurut American Psychiatric Association (APA, 2022), ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi cara seseorang berkonsentrasi, mengelola waktu, emosi, dan perilaku. Studi dari Journal of Attention Disorders (2019) juga menunjukkan bahwa pasangan dari individu dengan ADHD cenderung mengalami konflik hubungan yang lebih intens, terutama kalau salah satu pihak belum benar-benar memahami kondisi ini.
So, kalau kamu merasa pasanganmu punya gejala ADHD (atau sudah didiagnosis resmi), ada baiknya untuk kamu simak.
Pahami ADHD itu apa, jangan asal menuduh
Sebelum kamu overthinking karena pasanganmu sering lupa janji atau tiba-tiba emosional, pahami dulu bahwa ini bisa jadi bagian dari gejala ADHD. Baca dari sumber terpercaya, ikut webinar, atau konsultasi ke psikolog biar kamu tak salah kaprah. Edukasi ini akan bantu kamu punya empati, bukan malah frustrasi.
Pahami pasangan lebih dalam
Pasangan dengan ADHD kadang terlihat seperti tidak perhatian, padahal otaknya memang kesulitan mengatur fokus. Bukan berarti dia tak menyayangi kamu, hanya saja cara otaknya bekerja memang beda. Jangan langsung mikir “dia cuek”, coba tanya dengan tenang: “Aku butuh didengarkan dulu, bisa tidak kita ngobrol tanpa distraksi?”
Ajak dia untuk menjalankan rutinitas yang konsisten
Buat rutinitas yang jelas dan saling disepakati. Studi dari Journal of Family Psychology (2018) menunjukkan bahwa struktur harian bisa membantu pasangan ADHD mengurangi konflik dalam hubungan. Misalnya, jam makan bareng, waktu istirahat, atau waktu ngobrol tentang hal serius. Orang dengan ADHD cenderung kesulitan mengikuti jadwal, jadi pasangan yang suportif bisa bantu dia stay on track, tanpa terdengar menggurui.
Jangan lupa self-care, kamu juga butuh ruang
Mendampingi seseorang dengan ADHD bisa melelahkan kalau kamu tidak punya waktu untuk dirimu sendiri. Sisihkan waktu buat me time, curhat ke sahabat, atau sekadar journaling. Kamu tak egois karena memilih istirahat. Justru kamu sedang menjaga energi agar bisa tetap waras dalam hubungan ini.
Berkonsultasi ke terapi pasangan
Kadang kamu dan dia butuh pihak ketiga yang netral. Terapi pasangan bisa membantu kalian melihat pola komunikasi yang tidak sehat dan memperbaikinya dengan cara yang lebih objektif. Jangan takut ke psikolog, justru ini bukti bahwa kalian mau berjuang bareng.
Stop berpikir "I can fix him!"
Kamu bukan terapis, kamu pasangan. Jadi kamu tak harus selalu “memperbaiki” dia. Fokuslah pada bagaimana kalian bisa tumbuh bersama, bukan kamu berubah jadi orang tua yang ngingetin dia terus-terusan.
Berbungan dengan seorang ADHD itu bisa terwujud dengan baik, kok, kalau kamu tahu batas dan caranya.
Banyak pasangan ADHD yang tetap harmonis dan penuh cinta. Tapi itu semua butuh usaha dari dua arah. Ingat, kamu bukan penyelamat—tapi kamu bisa jadi support system terbaik kalau kamu cukup sadar akan kapasitasmu.
Perlu dicatat: ADHD bukan excuse untuk perilaku toksik. Kalau kamu merasa terus dirugikan, tidak didengar, atau malah jadi korban manipulasi, boleh banget pertimbangkan untuk jarak dulu dan utamakan kesehatan mentalmu.
(Nadhifa Arundati / Image: Dok. Outnow.Ch)