Catat! Kebiasaan yang Harus Dihentikan Oleh Penderita Maag

Nadhifa Arundati 26 Sep 2024

Ketika sedang asyik menikmati santapan favorit, seketika perut terasa begitu mual, kembung, bahkan sakit seperti nyeri. Di saat itu pula kamu menyadari, kalau penyakit maag kamu telah kambuh. Oke, jangan panik, karena ketika kamu menderita maag, ini adalah saat yang tepat untuk meninjau kembali pola hidup kamu, khususnya bagaimana kamu memilih menu makanan selama ini. Memang obat pereda maag adalah solusi yang tepat, tetapi percayalah, Cosmo sebagai salah satu penderita maag tengah membuktikan bahwa obat bukan “segalanya”, semua harus diimbangi dengan pola hidup yang sehat, supaya penyakit ini tak kembali kambuh. 

Hear us out, Cosmo sudah merangkum kebiasaan apa saja yang patut kamu hentikan, yang mampu menjadi pemicu penyakit maag. Simak!

 

1. Makan Terlalu Terburu-buru

Menurut ahli gastroenterologi, makan terlalu cepat dapat memicu naiknya asam lambung. Dr. Christine Lee, seorang ahli pencernaan dari Cleveland Clinic, mengatakan bahwa ketika kamu makan terlalu cepat, perut tidak punya cukup waktu untuk mencerna makanan dengan baik, yang akhirnya meningkatkan produksi asam lambung. Cobalah untuk makan dengan perlahan dan nikmati setiap gigitan agar lambungmu tidak "kaget."


2. Sering Melewatkan Waktu Makan

Kamu mungkin pernah berpikir bahwa melewatkan makan bisa membantu mengurangi asupan kalori, tapi buat penderita maag, hal ini malah bisa memperburuk keadaan. Ketika kamu melewatkan waktu makan, lambung terus memproduksi asam lambung yang seharusnya digunakan untuk mencerna makanan. Menurut Dr. Edward Group, seorang ahli kesehatan holistik, perut kosong yang terus-menerus bisa menyebabkan iritasi pada dinding lambung dan memperparah gejala maag. Pastikan untuk selalu makan tepat waktu, ya!


3. Konsumsi Kafein Berlebihan

Hampir semua orang menjadikan kafein sebagai penyambut di pagi hari, coffee or tea, everyone loves it. Sayangnya, bagi penderita maag, kafein adalah salah satu musuh utama. Kafein bisa memicu peningkatan produksi asam lambung dan memperburuk gejala seperti perut kembung, mual, atau rasa panas di dada. Dr. Lauren Gerson dari Stanford University Medical Center merekomendasikan untuk mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi kafein, terutama pada pagi hari ketika lambung masih kosong.


4. Mengonsumsi Makanan Pedas dan Asam

Bagi kamu yang gemar makan makanan pedas atau asam, ini saatnya untuk mulai menguranginya. Makanan seperti cabai, saus tomat, atau buah asam bisa merangsang produksi asam lambung yang berlebihan dan membuat dinding lambung semakin teriritasi. Menurut Dr. Braden Kuo dari Massachusetts General Hospital, makanan yang terlalu pedas atau asam harus dihindari untuk menjaga kondisi lambung tetap stabil.


5. Langsung Tidur Setelah Makan

Kebiasaan tidur setelah makan, terutama makan malam, juga bisa memicu maag. Saat kamu langsung berbaring, gravitasi tidak bekerja untuk membantu makanan turun ke sistem pencernaan. Hal ini bisa menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan dan menimbulkan sensasi terbakar. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), tunggulah setidaknya dua sampai tiga jam setelah makan sebelum berbaring atau tidur.


6. Merokok

Selain berbahaya bagi paru-paru, merokok juga memiliki efek buruk pada lambung. Nikotin dalam rokok bisa melemahkan otot yang bertugas menahan asam lambung di dalam perut, sehingga asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan. Hal ini disebut refluks asam, yang sering memperparah gejala maag. Dr. John Lipham, seorang ahli bedah gastrointestinal, merekomendasikan untuk menghentikan kebiasaan merokok jika kamu ingin mencegah kambuhnya gejala maag.


7. Stres Berlebihan

Kondisi mental juga mempengaruhi kesehatan lambung. Stres berlebihan bisa memicu peningkatan asam lambung, yang akhirnya memperparah gejala maag. Menurut American Psychological Association, stres memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh yang kemudian berdampak pada sistem pencernaan. Cobalah untuk mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga, dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika stres terasa sulit dikendalikan.

 

 

(Nadhifa Arundati / Image: Dok. Pexels)