Silent Treatment: Diam yang Sebenarnya Berisik

Redaksi 2 26 Sep 2025

Ada kalanya pertengkaran dengan pasangan berakhir bukan dengan kata-kata, tapi dengan keheningan. Bukan hening yang menenangkan, melainkan diam penuh tekanan yang justru bikin hatimu semakin sesak. Kamu mungkin bertanya-tanya, “kenapa dia nggak ngomong apa-apa?” Padahal, justru dalam diam itulah terkandung pesan yang sangat berisik, kemarahan, jarak, bahkan penolakan.

Fenomena ini dikenal dengan istilah silent treatment. Menurut Journal of Social and Personal Relationships (2017), silent treatment adalah bentuk komunikasi pasif-agresif yang dilakukan dengan cara mengabaikan pasangan. Bukan hanya sekadar berhenti bicara, tapi juga menolak memberi validasi terhadap keberadaan dan perasaanmu. Inilah kenapa diam bisa terasa lebih menyakitkan dibanding kata-kata keras.

Apa Itu Silent Treatment dalam Hubungan?

Silent treatment adalah strategi menghindar saat konflik dengan cara menghukum pasangan melalui keheningan. Journal of Experimental Social Psychology (2019) menyebut ini sebagai bentuk ostracism atau pengucilan emosional yang bisa merusak rasa keterhubungan dalam hubungan romantis.

Dampaknya pada Kesehatan Mentalmu

Kamu mungkin merasa makin kecil, nggak dianggap, atau bahkan bersalah tanpa tahu kenapa. Studi di Personality and Social Psychology Review (2018) menunjukkan bahwa diabaikan secara emosional bisa meningkatkan kecemasan, menurunkan harga diri, dan memicu stres berkepanjangan.

Kenapa Pasangan Melakukan Silent Treatment?

Sering kali, silent treatment dipakai sebagai cara menghindari konfrontasi langsung atau upaya untuk mendapatkan kontrol. Menurut Journal of Communication (2020), orang yang menggunakan strategi ini biasanya kesulitan mengekspresikan emosi secara sehat, sehingga memilih “diam” sebagai bentuk protes.

Cara Menghadapi Silent Treatment dari Pasangan

Kalau kamu mengalaminya, penting untuk tetap tenang dan tidak terbawa pola yang sama. Ungkapkan perasaanmu dengan jelas, misalnya, “aku merasa sakit hati saat kamu memilih diam, aku butuh kita bicara". Penelitian dari Journal of Family Psychology (2019) menekankan bahwa komunikasi asertif bisa membantu memutus siklus silent treatment.

Bangun Pola Komunikasi yang Lebih Sehat

Daripada menghindar, lebih baik mencari jeda sehat. Cobalah berhenti sejenak untuk menenangkan diri lalu kembali berdiskusi. American Psychological Association (APA, 2021) menyarankan teknik time-out, yaitu mengambil waktu istirahat singkat lalu kembali dengan pikiran lebih jernih. Cara ini terbukti lebih efektif menjaga kualitas hubungan.

Jadi, silent treatment dalam hubungan bukan sekadar diam biasa, melainkan bentuk komunikasi beracun yang bisa merusak ikatan emosional. Keheningan yang berisik ini hanya akan memperlebar jarak, kecuali kamu dan pasangan belajar membangun pola komunikasi yang lebih sehat. Ingat, bicara mungkin terasa sulit, tapi diam yang salah justru jauh lebih menyakitkan.