Unbothered, Untamed, Effortless:


Chicco Kurniawan

Seni dalam bersandiwara di depan kamera memang telah menjadi keunggulan bagi Chicco Kurniawan. Melihat sosoknya yang tengah memperoleh Pemeran Utama Pria Terbaik saat Piala Citra 2021 dalam film Penyalin Cahaya, membuat kita semua yakin kalau dirinya akan menjadi “cahaya” baru bagi industri perfilman ke depannya.

Namun jika kita membahas tentang realita yang ada, bertemu dengan Chicco Kurniawan di luar layar lebar adalah sebuah pengalaman yang mengesankan—percakapan substansial yang berlangsung selama satu jam ini membuat Cosmo memahami bagaimana prinsip hidup Chicco, pandangannya terhadap hubungan, serta cara ideal dalam berkarier di industri film.

Sebagian dari Anda mungkin baru mengenal Chicco dari karakter Moko di film 1 Kakak 7 Ponakan, membuat kita semakin jatuh hati dengan karakter yang ia hidupkan. Tetapi siapa sangka, rasa takjub ini semakin hadir setelah mengetahui karakter Chicco di luar dunia aktingnya. Karakter yang inspiratif, periang, dan pria “soft spoken” ini menjadi idaman bagi banyak orang—memberikan pembuktian bahwa personality memiliki kedigdayaan yang tak ternilai harganya.

Halo Chicco, sedang ada kesibukan apa belakangan ini? Hai, Cosmo babes! Belakangan ini saya sedang sibuk promosi film 1 Kakak 7 Ponakan khususnya di Malaysia, mempersiapkan untuk terlibat dalam produksi film terbaru di bulan Mei, serta mengerjakan beberapa proyek di luar industri perfilman. Doakan lancar semua, ya!

Tampaknya karya Anda kini semakin dikenal banyak orang, dan tentunya ini menjadi salah satu kesuksesan terbaik bagi Anda. Namun apa rencana Chicco untuk ke depannya? Untuk rencana ke depannya, saya punya target lima film komersial, dan dua filmnya lagi adalah proyek film independen yang saya inginkan. Tetapi sebenarnya, saya tetap terbuka dengan peluang apa saja di industri film.

Adakah hobi tersendiri yang saat ini sedang Chicco tekuni dan belum banyak orang ketahui? Di luar kegiatan bekerja, saya selalu gemar melakukan kegiatan olahraga basket dan badminton! Umumnya saya melakukannya bersama teman-teman terdekat. Kalau ada yang mau bergabung, boleh, lho, haha..


Dari sekian banyak peran yang telah Anda mainkan, mana yang paling mengubah cara pandang Anda tentang dunia? Sejujurnya, setiap peran punya porsinya masing-masing tentang dampak langsung terhadap kehidupan pribadi saya. Sewaktu saya berperan sebagai Rino di film Posesif, Kisah yang disajikan oleh film ini perlahan mengajarkan banyak sekali hal, bahwa tindakan posesif terhadap pasangan ternyata berawal dari adanya trauma bonding yang dialami oleh beberapa orang—karena kalau boleh bercerita sedikit, saya dulu adalah sosok pasangan yang posesif. Namun saya sadar bahwa mungkin hal ini dipicu oleh banyak faktor dalam hidup saya, yang pada akhirnya membuat saya ingin mendapatkan konseling di psikolog.

Wow, sebuah cerita baru yang kami dengar dari Anda hari ini. Ada karakter dari peran Anda lainnya yang juga berkesan sampai saat ini? Cukup menarik memang membahas tentang apa yang bisa dipelajari dari setiap peran yang saya ambil. Seperti karakter saya sebagai Aris di film Pria, yang kemudian mengubah pandangan saya terhadap seseorang yang pria yang berpakaian secara feminin—yang dulunya saya sempat takut, tetapi sekarang saya sadar kalau ada banyak alasan tentang pilihan hidup mereka. Terakhir kali peran yang membantu saya mendapat sudut pandang baru ialah karakter Moko di film 1 Kakak 7 Ponakan, saya selalu ingin menjadi sosok seperti Moko—tulus, peduli terhadap keluarga, dan selalu mencoba melakukan yang terbaik. Tetapi ada pelajaran juga yang saya ambil dari Moko, bahwa kita tidak bisa melakukan segala hal hanya demi menyenangkan banyak orang secara finansial, namun lebih tentang bagaimana cara memberikan kesenangan di ranah mental.

Anda kini telah mendapatkan banyak atensi dari para penikmat film serta fans setelah memerankan karakter Moko di film 1 Kakak 7 Ponakan, lantas, apa saja tantangan yang selama ini Chicco hadapi hingga akhirnya mampu memberikan hasil yang terbaik? Tantangan akan selalu ada pastinya. Sesimpel saat yang berperan sebagai Moko, saya harus mengerti dan memahami karakter lain dalam filmnya—ponakan dan pasangan Moko. Saya harus mencari alasan kenapa setiap karakter punya reaksi yang berbeda, dan bagi saya, ini menjadi tantangan di mana saya harus melakukan riset untuk memperdalam seluruh karakter. Pada akhirnya saya menyadari pula, kalau ini bukan sekadar tantangan, tetapi pembelajaran baru yang saya kutip.


Sebagai aktor, Anda tentu pernah memerankan karakter yang sangat berbeda dari diri sendiri. Adakah peran yang sampai membuat Anda ‘kehilangan diri sendiri’ dan sulit melepaskan karakter tersebut? Untungnya, saya tak pernah mengalami hal tersebut.. Karena setelah seharian berperan sebagai karakter lain, lalu kembali pulang ke rumah, saya seakan punya “tombol” kesadaran diri yang dapat berpindah secara otomatis. Setelah selesai beradu akting, saya sadar kalau saya itu Chicco Kurniawan—yang harus pulang dan kembali berinteraksi dengan orang tua saya. Saya sadar bahwa peran yang saya lakukan itu semata-mata sebagai sebuah pelajaran selama saya bekerja.

Banyak yang juga meletakkan ekspektasi tinggi ketika melihat nama Chicco Kurniawan sebagai pemeran utama. Apakah ini jadi pressure dan membuat Anda tertantang untuk menampilkan sesuatu yang lebih maksimal? Balik lagi, setiap orang pasti punya ekspektasi terhadap banyak hal—apalagi di posisi saya sekarang ini. Tetapi kita pun juga harus menyadari, bahwa tak ada satu orang pun yang mampu memenuhi ekspektasi individu lainnya secara menyeluruh. Saat bermain film, sutradara pasti punya ekspektasi sendiri, begitu juga dengan pemain. Tetapi alih-alih melemparkan ekspektasi, bagi saya, semua ini mampu diselaraskan dengan cara mendiskusikannya bersama, dan bertemu solusinya di tengah.

Amanda Rawles saat pemotretancover Cosmo sempat menyebut Anda sebagai salah satu aktor yang ia look up dan membuatnya merasa bisa mencintai film lebih dalam. Anda selalu terlihat tulus mencintai dunia film, bagaimana menjaga the purity dan kemurnian dari akting itu sendiri? Saya pribadi tak pernah ada intention untuk menjadi sosok yang inspiratif bagi banyak orang. Namun pandangan yang selama ini saya bangun adalah dunia perfilman tak pernah saya anggap sebagai pekerjaan, tetapi menjadi wadah untuk berbagi pengalaman dan perasaan antar satu sama lain. Kami bisa berbagi relasi, membuat film itu hidup, memperbaiki pola kehidupan personal juga. Maka dengan pemikiran seperti ini, saya merasa selalu punya ruang tak tak terbatas untuk berdiskusi dengan sutradara, pemain, atau crew dalam sebuah proyek.


Chicco Kurniawan

Dengan segala peran Anda yang begitu memorable. ⁠Adakah momen casting yang paling berat yang pernah Anda jalani? Mungkin ini bukan momen terberat, tetapi menjadi momen yang unik sekaligus memberikan saya banyak pemahaman terhadap industri perfilman. Ketika saya mengikuti casting untuk karakter Moko, Mas Yandy Lawrens, selaku sutradara, mengajak saya mengobrol selama beberapa jam—sampai saya sempat berpikir, kapan mulainya, ya? Tetapi setelah itu, saya diminta Mas Yandy untuk melakukan casting, dan cukup membuat saya kagok.
Saya merasa saat itu tak memberikan yang semaksimal mungkin—karena sudah teralihkan dengan pembicaraan saya dengan Mas Yandy. Namun saya tetap terpilih sebagai Moko. Hal ini sempat saya tanyakan kepada Mas Yandy, beliau mengatakan, bahwa perspektif dan karakter saya-lah yang menjadi alasan terpilihnya sebagai Moko ketika saya berbicara dengan Mas Yandy berjam-jam.

⁠Image Chicco lekat dengan film-film festival, apakah ini menjadi suatu kelebihan atau sebaliknya bagi Anda? Pandangan seperti ini sifatnya netral, tidak ada pros atau cons bagi saya. Kebetulan saya memang mendapatkan tawaran di beberapa film festival, tetapi bukan berarti saya hanya ingin memerankan film di ranah festival saja, semua bergantung pada plot dari masing-masing filmnya.

Kalau bisa memilih, genre film apa yang ingin Chicco ulik untuk berperan di dalamnya? Saya selalu suka genre film slice of lice. Tetapi untuk sekarang, saya ingin mencoba drama-romance dengan kisah yang mendalam untuk proyek selanjutnya. Sepertinya genre ini penting untuk diperankan—karena saya rasa, hal ini akan berpengaruh juga dengan bagaimana pandangan saya terhadap kehidupan percintaan secara dewasa.


Menurut Anda, seberapa penting proses pendalaman karakter, serta bagaimana umumnya seorang Chicco menerapkannya di setiap film yang Anda perankan? Sangat, sangat penting! Justru kita berperan dalam sebuah film menjadi suatu karakter itu menjadi komponen utama dalam penyampaian pesan kepada penonton. Karena film itu bukan tentang siapa pemainnya, tetapi tentang bagaimana kita, sebagai pemain, mampu menghidupkan cerita itu untuk di-deliver secara baik. Maka saya rasa kita perlu kenal lebih dalam tentang siapa karakter itu.

We need to know, siapa saja sosok yang selama ini memberikan Anda inspirasi dalam berseni peran? Tentunya keluarga, teman, dan pasangan saya-lah yang selama ini menjadi inspirasi utama dalam seni peran. Selalu ada banyak pelajaran yang saya petik dari mereka ketika saya harus berperan suatu karakter. Selalu ada relasi antara hubungan pribadi saya dengan karakter yang nantinya saya perankan. Bukan berarti saya punya kesamaan mutlak dengan karakter yang saya perankan, tetapi selalu ada beberapa hal penting yang bisa saya petik dan terapkan dalam berseni peran.

Banyak orang mengatakan bahwa industri hiburan bisa mengubah seseorang. Menurut Anda, bagaimana cara Anda bisa tetap grounded dan tidak kehilangan jati diri? Selalu ada saja fase perubahan seperti ini di setiap beberapa orang, karena setelah Anda mendapatkan sesuatu yang Anda inginkan. Ada beberapa hal yang secara tak sadar mengubah kepribadian seseorang, entah itu menjadi lebih baik atau mungkin sebaliknya. Tetapi saya percaya, di saat seseorang berubah secara negatif, pasti ada saja momen yang membuat mereka akhirnya tersadar, atau ibarat kata, tersentil oleh realita yang membuat mereka menyadari bahwa mereka harus kembali ke titik mulanya. Karena kesombongan akan ketenaran itu memang tak ada gunanya.


Chicco Kurniawan

Bagaimana cara Chicco sendiri menyeimbangkan antara karier dengan hubungan personal baik bersama keluarga, teman dan pasangan? Umumnya seperti ini; ketika saya tahu kalau saya akan terlibat dalam suatu proyek film dalam dua bulan ke depan, maka saya akan menghabiskan waktu saya secara penuh bersama keluarga, teman, dan pasangan. Jadi di saat saya sudah harus fokus bekerja, saya bisa memberikan pengertian terhadap mereka, kalau prioritas saya harus dialihkan ke pekerjaan dulu. Untungnya, mereka semua selalu memberikan dukungan dan pengertian yang luar biasa.

Well, apa love language seorang Chicco Kurniawan? Words of affirmation, act of service, quality time, dan physical touch—kecuali receiving gift. Saya merasa kikuk untuk menerima atau memberikan hadiah terhadap seseorang, mungkin karena sejak kecil, saya tak terbiasa melakukan atau merasakan hal ini.

Jika bisa memilih satu karakter dari film yang paling merepresentasikan diri Anda dalam sebuah hubungan, siapa dan mengapa? Sejauh ini, belum ada karakter yang saya perankan mampu mencerminkan diri saya sebagai Chicco di kehidupan percintaan.


Menurut Anda, apa kesalahan terbesar yang sering dilakukan orang dalam sebuah hubungan? Asumsi tanpa mengklarifikasi. Banyak orang mengatakan kalau “komunikasi adalah kunci dalam hubungan” tetapi nyatanya, asumsi terhadap pasangan itu mampu merusak suatu hubungan. Ketika kita berasumsi buruk, maka akan muncul pula asumsi lainnya yang sebenarnya kita belum ketahui kebenarannya. Hal ini yang harus dihentikan, ada baiknya untuk banyak bertanya dan berdiskusi terhadap pasangan. Ya, balik lagi komunikasi—tetapi sebelum berkomunikasi, kita juga turut mengontrol diri untuk tidak menumbuhkan asumsi.

Menjadi seorang aktor tentu mengundang banyak kritik yang membangun ataupun komentar negatif dari khalayak. Apakah Chicco tipikal seseorang yang peduli terhadap hal tersebut atau mungkin selalu punya cara untuk melihat ke sisi terangnya? Setiap orang pasti punya cara berpikirnya masing-masing, jadi kalau ada komentar negatif yang saya sadar kalau hal ini bukannya membangun, tetapi malah memberikan efek sebaliknya, saat itu juga tak akan saya hiraukan—tanpa berpikir panjang.

Apa kebiasaan kecil yang ternyata memiliki dampak besar dalam kehidupan Anda? Saya diajarkan untuk selalu mendengarkan orang. Menjadi pendengar yang baik itu adalah hal terpenting dalam menjaga hubungan dengan siapapun—kita jadi lebih memahami seseorang, tanpa mengedepankan ego diri kita.


Menutup interview kita hari ini. Jika bisa memberikan satu nasihat untuk diri Anda saat pertama kali memulai karier, apa yang akan Anda katakan? Mungkin bukan nasihat, tetapi lebih kepada pesan ke diri sendiri: “Chicco, terima kasih sudah memilih aktor sebagai profesi yang selama ini Chicco impikan.”



© 2025 Cosmopolitan Indonesia