TISSA BIANI
& DUL JAELANI

“Love Is An Open Book”

Ada perasaan hangat dan nyaman ketika kita menyaksikan pasangan yang sedang kasmaran. Sekejap Cosmo merasa seperti duduk di kursi penonton. Di saat Tissa Biani dan Dul Jaelani hadir ke studio pemotretan – ruangan dimeriahkan oleh canda dan tawa mereka – dunia memang hanyalah milik berdua, tidak ada yang dapat mengusik chemistry pasangan ini.

Jika kita melihat dari segi astrologi (ehm, hal utama yang harus Cosmo ulik), menjadi sebuah perpaduan unik ketika Tissa yang berzodiak Leo, sosok yang penuh ambisi, menjalani hubungan dengan sang perfeksionis, Dul, yang berzodiak Virgo, selama lebih dari tiga tahun. Cosmo semakin penasaran perihal bagaimana kedua selebriti ini mampu menjaga dinamika hubungannya di usia yang masih muda, they are the truest walking green flags.

Memori di tahun 2020 tak akan pernah dihapus dari ingatan Tissa dan Dul. Pasalnya, ini menjadi tahun di mana keduanya mulai menyalakan percikan api di dalam hubungan mereka. Sewaktu Cosmo bertanya soal kapan pertama kali mereka melakukan pendekatan, Tissa pun langsung menjawab secara tersipu, “di masa itu saya sedang sering mengunggah video menyanyi, cover lagu-lagu lokal hingga Barat. Lalu tiba-tiba, Dul mengirimkan direct message melalui Instagram dan mengajak saya untuk meng-cover lagu bersama.” Kebetulan, mereka berdua punya banyak kesamaan, salah satunya selera musik, “karena kami satu frekuensi, sontak saya menyadari, kalau Tissa itu adalah sosok perempuan yang selama ini saya cari,” tutur Dul.

“Dul ini memang pendiam, tetapi dia itu romantis, dan hatinya baik baik sekali,” ucap Tissa terhadap Cosmo, sembari menatap mata Dul, diselipkan dengan senyuman manis. Dul pun tak membantah, ia mengiyakan ucapan Tissa, dan mengaku kalau dirinya kerap merasa kikuk di saat bertemu orang baru – bertolak belakangan dengan Tissa yang sangat periang, dan gemar menyapa semua orang. The opposite-attract is real!



Keduanya sedang meniti kesibukan masing-masing, Dul belakangan ini tengah giat menciptakan lagu-lagu terbaru. Ah, Cosmo jadi teringat lagu milik Dul yang rilis di tahun 2021, berjudul Song For Tissa, sebuah lagu romantis yang didedikasikan untuk Tissa Biani. Apakah Dul dan Tissa akan merilis lagu bersama kembali, setelah sempat berkolaborasi di dua lagu yang berjudul Anggur Cinta dan Dinda Di Mana? Karena sudah pasti para fans telah menunggu momen tersebut. “Harapannya sih seperti itu, tetapi jadwal Tissa padat sekali, belum menentukan waktu yang tepat,” sahut Dul. Sejujurnya, Tissa juga ingin sekali bisa segera berkolaborasi bersama Dul dalam bermusik, Saat ini, ia masih aktif mempromosikan film komedi terbaru yang berjudul Agak Laen, dan mengikuti proses shooting untuk proyek selanjutnya.

But hey, kesibukan tak pernah menjadi alasan bagi Tissa dan Dul dalam menjaga koneksi hubungannya. Mereka tetap meluangkan waktu dengan saling menghubungi via voice call, dan memberikan pujian perihal pekerjaannya masing-masing. “Kalau salah satu dari kami sedang merasa insecure terhadap pekerjaan, sudah pasti kami memberikan dukungan melalui pujian, atau bahkan saling mengirimkan makanan favorit,” sebut Tissa.

Keduanya pun berusaha penuh untuk bisa bertemu meski di tengah kesibukan. Aktivitas berkencan mereka cukup sederhana, sekadar berjalan-jalan di Mall, mencoba kuliner baru, atau yang lebih simpel, mengunjungi rumah masing-masing. Tak harus menghabiskan waktu di tempat yang mewah, asalkan Tissa dan Dul bisa deep talk selama berjam-jam, maka waktu yang mereka habiskan akan selalu substansial. Mereka tak pernah kehabisan topik, semua hal senantiasa menarik untuk dibicarakan. Kuncinya? Saling terbuka. Itu sudah pasti.



Tissa dan Dul mempunyai kesepakatan, bahwa mereka harus berusaha terbuka satu sama lain – dan mencari solusinya bersama jikalau terdapat masalah yang melanda. Ibaratnya seperti; mereka sedang mengenggam buku yang menceritakan tentang isi hati masing-masing, they need to be an open book. “Kalau pun ada permasalahan di antara kami, kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengomunikasikannya di waktu yang tepat. Saling belajar memahami serta menahan diri. Alhamdulillah, kita berdua mampu melakukanya hingga sekarang,” jelas Tissa.

Pada akhirnya, keterbukaan yang dibangun oleh Tissa dan Dul ini membuka pintu kepercayaan. Dalam suatu hubungan, cemburu itu sesungguhnya menjadi perasaan yang wajar, asalkan perasaan tersebut tak menuntun hubungan ke arah asumsi yang negatif. “Saya dan Tissa selalu menanamkan rasa percaya. Kami berdua pasti sering bertemu dengan orang baru, tetapi kami punya komitmen yang kuat akan hubungan ini. Jadi apapun yang terjadi, saya mencoba untuk berpikir positif, Tissa pun juga sebaliknya,” tambah Dul, sambil kembali menatap mata Tissa.



Sebisa mungkin, Tissa dan Dul harus bisa berkembang menjadi sosok yang lebih baik, dan berguna bagi sekitarnya. Mereka tak mau hubungan ini justru memberikan dampak buruk, ini menjadi value terpenting yang mereka tegakkan. “Salah satunya seperti menjaga batasan antara saya dengan Tissa. Kami memang pasangan, namun perlu diingat juga kalau kami punya privasi dan batasan yang harus dijaga. Terkadang sebuah hubungan itu mendatangkan konflik ketika privasi pasangan tidak saling dihargai,” ungkap Dul secara lugas. Ia punya prinsip bahwa berkencan itu tetap harus menerapkan norma kesopanan, he is the real gentleman, for sure.

Tissa dan Dul punya cara tersendiri buat menunjukkan sisi romantisnya di depan publik – media sosial menjadi wadah yang tepat. “Kami sering megunggah video saat sedang cover lagu, atau traveling bersama, ya, seperti pasangan pada umumnya,” ucap Tissa. Dul pun menyetujuinya, dan menganggap bahwa mengunggah foto atau video pasangan di media sosial itu menjadi hal penting dalam mempererat hubungan. “Tetapi kalau saya pribadi, akan lebih romantis lagi jika kita menunjukkan afeksi ke publik melalui karya, tidak secara harfiah,” sahut Dul.

“Tetapi balik lagi, setiap pasangan kan pasti punya cara masing-masing guna memperlihatkan afeksi mereka. Ada pula yang gemar mengunggah kebahagiaan bahkan kesedihan yang mereka rasakan terhadap pasangan. Bagi saya pribadi, media sosial itu menjadi ruang ekspresi yang bebas bagi setiap pasangan. We can’t judge them,” tambah Tissa.



Sejatinya memang tak ada ruang bagi kita untuk menghakimi sosok individu ketika mereka sedang jatuh cinta, karena semua bagaikan bayangan hitam dalam pandagan, dan hanya pasangan mereka yang bersinar. Setiap orang bahkan punya arti tersendiri dalam mendefinisikan kata “cinta”. Bagi Tissa dan Dul, mengartikan “cinta” itu bukan sesuatu hal yang mudah, sebuah perasaan yang melekat di kehidupan kita namun memiliki makna yang abstrak bagi setiap orang.

Sampai saat ini, Dul merasa tak paham cara mengartikan cinta dalam satu kaliat. Tetapi ada satu qoute favoritnya dari penyair Jalaluddin Rumi yang mengatakan, “Keika saya menuliskan sesuatu tentang cinta, saya merasa tersesat”. Kalimat ini seakan menjelaskan gagasan Dul, Baginya, cinta itu tak bisa dipetakan secara harfiah, hanya saja terdapat elemen yang harus selalu ada di dalamnya, “maka kalau ditanyakan kembali, saya menganggap cinta itu sebagai sebuah perasaan yang menumbuhkan rasa perhatian, tanggung jawab, serta komitmen,” ucapnya. “Banyak orang menganggap ini adalah hal yang basic, tetapi seringkali lupa untuk dijaga,” tambah Dul.

Tissa juga tak muluk-muluk, ia menganggap cinta sebagai tempat di mana kita mampu menerima kelebihan dan kekurangan pasangan, tanpa adanya pihak yang dirugikan. “Saya menganggap kalau pengorbanan itu termasuk perasaan cinta. Lantas hal ini perlu diluruskan, bahwa pengorbanan ini tak berarti merugikan pihak lain. Kondisi di mana kita mau melakukan sesuatu tanpa adanya paksaan, semata-mata karena rasa perhatian terhadap sosok yang kita cintai,” jelas Tissa.



Obrolan yang semakin nyaman Cosmo rasakan bersama Tissa dan Dul. Waktu terus berjalan, namun ada banyak kesan yang tertinggal setelah bertemu dengan keduanya. Tissa yang masih berusia 21 tahun, serta dul 23 tahun, membuktikan kalau proses pendewasaan dalam hubungan tak dapat kita takar dari usia. Mereka bukan tipikal pasangan yang langsung melompat ke garis finish ketika dilanda oleh suatu konflik. Keduanya memiliki prinsip yang sama; that love will always require sacrifice.



eyelash vector design




© 2024 Cosmopolitan Indonesia