Kiprah Chanel Tanpa Desainer, Tampilkan Koleksi yang Feminin dan Playful di Paris Fashion Week 2025
Hal yang paling ditunggu dari perhelatan peragaan Chanel di Paris Fashion Week spring summer 2025 pada September lalu bukan hanya tentang ‘Busana apa yang akan dipakai oleh Jennie Blackpink?’ tapi juga ‘Siapa yang akan menjadi creative director Chanel?’ dan ‘Akankah tim desain internal bisa menampilkan rancangan yang menarik dan baru sekalipun tanpa supervisi seorang creative director?’. Dua dari tiga pertanyaan tersebut sudah terjawab.
Pertama, mari kita beri apresiasi kepada tim desain internal Chanel. Setelah sukses merancang koleksi haute couture di bulan Juli, mereka kembali menunjukan dedikasi dan totalitas yang sama untuk koleksi ready-to-wear. Jika opera menjadi tema koleksi haute couture, kali ini tim Chanel memilih nuansa taman lengkap dengan sebuah sangkar burung raksasa. Keep scrolling to see the magical moments!
Flying to The Future
Peragaan koleksi siap pakai musim semi dan panas 2025 ini menandai kembalinya Chanel ke lokasi pertunjukan favoritnya yakni Grand Palais yang baru saja selesai direnovasi. Kehadiran sangkar burung raksasa tersebut bukan hanya menunjukan kemegahan Grand Palais tapi juga simbol dari tema koleksi ini. Dalam keterangan yang dirilis, Chanel menyebut koleksi ini adalah tentang “flying up in the air”.
Secara harfiah, selain dari sangkar burung, ide tersebut juga tertuang dalam aksi aktris Riley Keough yang berayun di dalam sangkar sembari menyanyikan lagu When Doves Cry milik mendiang Prince. Konsep dekorasi dan aksi panggung tersebut terinspirasi dari iklan Chanel pada tahun 1991.
Sesuai tradisi, fashion show dibuka dengan kreasi setelan rok tweed khas Chanel. Untuk musim semi dan panas 2025, tim Creation Studio menerjemahkan kreasi ikonis dalam berbagai model seperti potongan kerah lebar, crop jacket, dan rok aksen slits. Gaya sporty juga tampak menjadi tema utama lewat padanan jaket dan celana pendek. Tambahan ruffles collar memberi nuansa feminin dan whimsical.
Pengaruh koleksi haute couture juga terlihat pada koleksi ini lewat kehadiran cape dan aksen pita pada sejumlah busana. Bedanya kali ini terlihat lebih kontemporer. Seperti padanan chiffon cape aksen feathers dan pita yang dikenakan bersama celana denim detail bordir. Jika Chanel hendak mencari signature look terbaru, gaya tersebut dapat menjadi opsi. It looks fresh, young, but still quintessentially Chanel.
Feathers juga menjadi salah satu detail yang turut menjadi fokus. Kehadirannya pada sejumlah jaket dan mantel memberi nuansa dreamy dan klasik ala couture.
Variasi produk menjadi kunci keberhasilan sebuah koleksi ready-to-wear. Prinsip tersebut juga dianut oleh tim Chanel. Turut hadir deretan little black dress, crochet dress, dan parade gaun transparan dalam warna pastel yang menutup peragaan.
Sementara itu, klasik menjadi benang merah dari koleksi aksesori. Tas Chanel Classic Flap masih menjadi primadona. Untuk sepatu, Chanel menawarkan strappy platform. Favorit Cosmo dalam material tweed berhiaskan bros pearls. Sunglasses digubah menjadi lebih dramatis lewat tambahan bunga dan ruffles pada frame.
The Front Row
Di barisan penonton terdepan, penampilan Jennie Blackpink mencuri perhatian dengan rambut blonde. Ia bergaya sporty dengan padanan sweater dan shorts.
Gaya klasik ditampilkan Margaret Qualley yang mengenakan setelan rok dan statement sunglasses. Lupita Nyong’o yang baru saja didaulat sebagai brand ambassador bergaya elegan dalam padanan mantel bercorak houndstooth, atasan detail bordir, dan celana velvet dari koleksi haute couture tahun 2022.
Gaya kasual yang effortless menjadi pilihan Whitney Peaks dan Putri Kerajaan Monako, Charlotte Casiraghi. Whitney bergaya serba biru memakai kemeja dan celana denim. Sementara Charlotte Casiraghi bergaya laidback dalam jaket dan rok bermotif garis.
The Future of Chanel
Pertanyaan terbesar dan yang belum terjawab adalah “Siapa desainer yang akan menjadi creative director Chanel?” Spekulasi di media sosial ramai beredar akan sejumlah nama yang dianggap potensial. Seperti diantaranya, Hedi Slimane, Jacquemus, Pieter Mulier, dan John Galliano.
Bruno Pavlovsky selaku President of Fashion Chanel mengatakan bahwa pihaknya mengutamakan sosok yang memahami aka legacy dari Chanel alih-alih desainer yang akan melakukan perubahan secara masif. “Sejumlah desainer menyukai perubahan, namun kami di Chanel mengutamakan loyalitas dan kesinambungan. Gabrielle Chanel telah merancang karya ikonis, Karl Lagerfeld kemudian membuatnya terlihat modern, dan Virginie melanjutkan visi tersebut. Chanel lebih besar dari desainer manapun, dan Chanel akan tetap menjadi Chanel.” ujarnya seperti dikutip dari The Guardian.
Pernyataan tersebut sebenarnya juga masih terbilang ambigu jika dijadikan acuan dalam memilih nama dari rumor yang ada. Pada satu interview bersama media selepas peragaan ini, Bruno mengatakan bahwa Chanel baru akan mengumumkan creative director mungkin baru pada akhir tahun. “Akhir tahun, tidak mungkin sebelum Natal” ujarnya.
Meski belum ada kejelasan, setidaknya sama seperti kita yang dibuat terkejut sekaligus kagum akan konsep peragaan ini, Chanel tampaknya tak akan pernah berhenti untuk membuat kejutan untuk para pencinta mode.