Geliat Batik di PIFW 2024! Wilsen Willim Kolaborasi dengan Batik Keris
Geliat kain tradisional seperti batik tak pernah padam ditengah pergerakan tren mode internasional dan tren gaya unik di media sosial seperti TikTok. Bahkan dapat dikatakan antusias publik terhadap kain dan gaya tradisional semakin meningkat, khususnya pada generasi muda.
Kini memakai kebaya dan kain tak hanya saat menghadiri acara formal saja tapi juga ketika hangout di akhir pekan.
Plaza Indonesia Fashion Week 2024 (PIFW) turut menjadi panggung akan kreativitas para jenama batik seperti Batik Keris, Alleira, Batik dan Parang Kencana. Pada peragaan yang berlangsung Senin, 4 Maret 2024 lalu ketiganya berhasil menawarkan nuansa baru pada kain batik. Seperti apa koleksinya? Berikut rangkumannya.
Batik Keris x Wilsen Willim
Batik Keris menggandeng Wilsen Willim sebagai kolaborator. Kehadiran beskap yang mendominasi koleksi ini tidak terlepas dari serial Gadis Kretek (2023) yang diakui turut menjadi inspirasi dan juga merupakan katalisator dalam kepopuleran beskap belakangan ini.
Meski Wilsen Willim sendiri sebenarnya sudah lebih dulu berkreasi dengan beskap sebelum serial tersebut dirilis.
Beskap hadir dalam berbagai potongan dan detail seperti model crop, aksen lipit, hingga embellishment yang memberi nuansa mewah dan romantis. Pada bagian belakang terdapat detail pinwheel yang sudah menjadi ciri khas sang desainer.
Di akhir, tampil sang ‘Gadis Kretek’ alias Dian Sastrowardoyo yang memerankan karakter Jeng Yah di serial tersebut dalam balutan beskap dan kain.
Selain beskap dan kehadiran sang aktris, hal lain yang patut mendapat apresiasi adalah kepiawaian Wilsen dalam mengemas kain batik pada koleksi ini menjadi berbagai busana seperti rok bervolume, kemeja, dan jaket yang elegan.
Pada koleksi ini, Wilsen dan Batik Keris menggunakan kain batik tulis, batik cap motif klasik, batik pesisir khas Cirebon, dan batik hokokai yang merupakan perpaduan budaya Jepang dan Jawa.
Koleksi yang elegan berpadu apik juga dengan tata musik. Lagu melankolis kerap menjadi pilihan untuk menutup peragaannya. Kali ini ia memilih lagu "Sabda Alam" karya Ismail Marzuki.
Lirik awal lagu ini bak merefleksikan dominasi budaya patriarki “Wanita dijajah pria sejak dulu… Dijadikan perhiasan sangkar madu… “. Publik acapkali lupa bahwa masih ada penggalan selanjutnya. “Namun ada kala pria tak berdaya… Tekuk lutut di sudut kerling wanita”.
Mungkin ini juga yang ingin ditampilkan Wilsen Willim lewat koleksi ini. Di balik gaya klasik dan feminin rancangannya, ia juga ingin menampilkan sosok perempuan yang tangguh.
Parang Kencana
Tampilan yang fierce disuguhkan oleh Parang Kencana yang menamai koleksinya “Sanjita” yang dalam bahasa sansekerta dapat diartikan sebagai seorang pejuang.
Sejarah Kerajaan Majapahit menjadi inspirasi utama. Dalam keterangan yang dirilis, Parang Kencana memakai motif bernama Sinjang Kawung yang disebutkan terdapat pada berbagai arca peninggalan Majapahit jauh sebelum teknik batik ditemukan.
Meski sarat akan unsur sejarah, namun label ini berhasil mengemasnya menjadi busana bergaya kontemporer. Seperti oversized coat, shirt dress, dan crop jacket.
Alleira Batik
Aksi padu padan motif batik telah menjadi hal yang lumrah dilakukan sekarang ini. Seperti terlihat pada koleksi Alleira Batik.
Meski corak yang dipadukan terlihat kontras, namun hasilnya justru deretan busana bergaya eklektik. Anda tetap bisa tampil elegan dan dapat menjadi pelengkap untuk busana sehari-hari seperti blus dan celana hitam.