Okay, Jadi Apa Saja yang Dihitung Sebagai Micro Cheating?
Kita semua pasti pernah mengalaminya: melihat seseorang yang super menarik saat antre beli kopi pagi, lalu saling lempar godaan kecil, atau tiba-tiba tersipu karena teman dari teman kita membalas unggahan thirst trap di Instagram dengan emoji api.
Mari kita akui saja—rasanya memang menyenangkan dapat perhatian seperti itu sekali-sekali, dan sebenarnya tidak ada yang salah dengan menikmati sedikit booster ego yang tidak berbahaya, kan?
Nah... kecuali kamu sedang menjalani hubungan eksklusif. Maaf sekali, tapi kalau kamu punya pasangan, interaksi yang kelihatannya “tidak sengaja” itu bisa jadi masuk ke dalam kategori micro-cheating alias selingkuh kecil-kecilan.
Kalau kamu belum pernah dengar istilah micro-cheating—pertama-tama, bagaimana bisa? Kedua, sebelum kamu anggap ini cuma tren TikTok yang tidak penting, dengarkan dulu: Konsep perselingkuhan ringan yang belum sampai kategori selingkuh ini sebenarnya sudah ada sejak lama.
Cosmo bahkan pernah (dengan cukup akurat) menuduh mantanku melakukannya bertahun-tahun lalu. Tepat setelah kami putus, Cosmo tahu dia diam-diam berbalas pesan yang “lebih dari sekadar teman” dengan perempuan lain. Cosmo konfrontasi langsung.
Bisa dibilang, pengalaman itu cukup membuat trauma, tapi Cosmo juga tidak pernah bilang bahwa Cosmo benar-benar diselingkuhi. Kenapa? Karena micro-cheating memang wilayah abu-abu dalam hubungan.
Apa Itu Micro-Cheating?
"Micro-cheating adalah perilaku-perilaku kecil yang, meski subjektif, bisa dianggap berada di luar batas hubungan eksklusif," kata Viviana Coles, DMFT, CST-S, terapis seks dan hubungan serta pendiri VIVID Relationships.
"Hal ini bisa memicu rasa tidak aman dan gaslighting, karena perilaku ini sering terlihat sepele kalau dilihat satu-satu."
Contohnya? Pergi ke bar bersama rekan kerja yang tampan setelah hari kerja yang penuh bisa saja terasa seperti cara melepaskan stres.
Tapi coba tanya ke diri sendiri: apa kamu akan tetap bersikap seperti itu kalau pasanganmu ada di situ? Mungkin tidak. Buatku, itu bisa masuk micro-cheating. Batasannya dilanggar saat kamu mulai berbicara atau bertindak dengan seseorang lain dengan cara yang akan membuat pasanganmu tidak nyaman kalau dia melihatnya.
Masalahnya, karena micro-cheating berada di ruang abu-abu antara "cuma ngobrol" dan "benar-benar selingkuh," batasnya bisa jadi sangat kabur dan berbeda-beda.
Dan karena ini menyangkut kepercayaan dalam hubungan, kamu bisa yakin banyak orang memiliki opini kuat tentangnya.
Cosmo tahu, karena Cosmo menanyakannya langsung. Berikut beberapa pendapat tentang apa itu micro-cheating menurut mereka:
“Micro-cheating bisa berupa pasanganmu chat orang yang kamu tahu bisa membuat kamu tidak nyaman, atau merencanakan jalan bersama orang itu dan bilang bahwa mereka cuma teman, atau menonton TikTok yang sugestif dan bilang, ‘Aku cuma scroll dan kebetulan ke-like saja.’ Manusiawi sih untuk kagum pada kecantikan orang lain, tapi kalau kamu mulai aktif terlibat sama kontennya atau orangnya, itu sudah kelewat batas. Kadang orang meremehkan hal yang sebenarnya mengganggu karena pernah mengalami gaslighting dari pasangan yang bikin seolah-olah perasaan mereka salah.” —Mamie Lue, 28
“Menurutku, micro-cheating adalah sesuatu yang awalnya kelihatan tidak bahaya, tapi bisa jadi pondasi kepercayaan atau koneksi sama orang lain yang bisa berkembang lebih jauh.” —Amy, 35
“Menurutku, selingkuh emosional juga bisa masuk ke dalam kategori micro-cheating. Kamu memang tidak selingkuh fisik, tapi kamu melakukan investasi perhatian ke orang lain, dan itu bisa jadi awal dari selingkuh yang nyata.” —Katelyn, 30
“Menurutku ini cuma istilah baru untuk hal lama: pelanggaran kepercayaan. Tapi dengan sebutan ‘micro-cheating,’ bahasanya jadi terdengar lebih besar dari kenyataannya dan bisa membuat masalah semakin rumit, padahal bisa dibicarakan baik-baik.” —Timothy, 26
“Contoh micro-cheating bisa juga berupa saat kamu curhat soal pasangan ke orang yang kamu suka (bukan sahabat atau teman dekat), lalu orang itu ikut-ikutan menjelekkan pasanganmu dan kamu membiarkannya. Terasa seperti selingkuh emosional, tapi aku lebih memilih menyebutnya micro-cheating.” —Emily, 29
“Aku pernah pacaran sama cowok yang ternyata masih chat perempuan yang pernah dia kencani sekali, setahun sebelum kami jadian. Kami satu circle, jadi kadang kami bertemu juga. Aku tidak tahu mereka masih menjalin kontak, dan perempuan itu juga tidak tahu kalau aku adalah pacarnya. Setelah kami berdua curhat ke teman yang sama, semuanya terbongkar. Ternyata dia bohong ke perempuan itu soal siapa yang dia temui, dan dia juga tidak pernah bilang ke aku kalau mereka masih ngobrol. Setelah kami putus, mereka langsung jadian. Aku jelas merasa diselingkuhi.” —Kayla, 29
“Menurutku, micro-cheating hampir mirip dengan selingkuh emosional. Misalnya curhat dengan orang lain (bukan pasangan), flirting lewat teks, komentar seksual di media sosial orang lain, dan sebagainya. Satu perilaku saja mungkin belum masalah, tapi kalau jadi pola, itu berarti tidak menghargai hubungan.” —Emily, 32
“Kalau kamu memberi like thirst trap perempuan lain, memberi nomor HP-mu ke orang asing, menggoda atau memberi pujian yang sugestif—semua itu bisa termasuk ke dalamnya. Intinya, apa pun yang membuat aku sakit hati kalau aku melihatnya sendiri, tapi masih membuat ragu apakah aku berhak marah.” —Sara, 32
“Kalau kamu menyembunyikan sesuatu dari pasanganmu tapi malah cerita ke orang lain, atau kamu malah mengandalkan orang lain untuk mendapatkan dukungan emosional dari orang yang bukan pasanganmu, itu juga berarti micro-cheating.” —Lindsay, 26
“Menurutku, micro-cheating itu saat kamu curhat ke orang lain, memberi like foto-foto seksi perempuan lain, atau berbicara dengan cara yang seharusnya cuma kamu lakukan ke pasanganmu.” —Jenna, 30
(Artikel ini disadur dari Cosmopolitan UK / Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis/Salsa Meilivia/ Image: Doc. Photo by Margie Rischiotto/Getty Images on Cosmopolitan UK).