Terlalu Cepat Jatuh Cinta, Normal atau Tidak?

Kissy Aprilia 05 Sep 2022

Malam itu kamu baru pulang kencan dengan seorang kenalan dari dating apps. Lututmu terasa lemas dan bibirmu tidak dapat berhenti tersenyum—persis seperti adegan film rom-com, ketika pemeran utamanya bertemu dengan ‘the love of my live’. Bahkan di momen ini pun kamu merasa yakin untuk mengucapkan tiga kata sakral alias I-Love-You, meskipun ini adalah pertemuan pertama kalian. Pertanyaannya: apakah seseorang dapat jatuh cinta dengan begitu cepat? Berapa lama waktu yang sebenarnya dibutuhkan seseorang untuk jatuh cinta?

Seromantis apapun kencanmu, normal kok bagi kita untuk memikirkan ulang tentang "apakah aku terlalu cepat merasakan jatuh cinta?"  Akan tetapi, hal terpenting yang wajib diketahui adalah momen jatuh cinta itu berbeda-beda bagi setiap orang. Hal ini pun dijelaskan oleh psikologis klinis dan terapis seks, Janet Briot, Phd, sekaligus founder dari Hawaii Center for Sexual and Relationship Health.

“Ini semua tergantung oleh individu itu sendiri, kondisi, dan lingkungan di sekitarnya,” ungkap Brito. Namun, bukan berarti konsep jatuh cinta ini menjadi sesuatu yang dianggap enteng. Ada aspek pendukung seperti, apakah perasaan ini ada kecenderungan seksual atau hanya sekadar rasa suka? Jadi jika ada seseorang yang bisa merasa jatuh cinta dengan begitu cepat, belum tentu orang lain bisa merasakan hal yang sama. 

 

Bagaimana seseorang mendefinisikan ‘jatuh cinta’?

Sebelum kamu menyelami definisi rasa yang kompleks ini, kamu harus memastikan dengan jelas apa arti dari jatuh cinta itu sendiri. Salah satunya, “jatuh cinta adalah proses memahami dan mengarahkan rasa tersebut kepada nilai-nilai, filosofi, latar belakang, tantangan, dan keunikan seorang manusia,” ungkap Jenni Skyler, PhD, director of The Intimcy Institute. Singkatnya, jatuh cinta terkadang terasa intens dan membuat seseorang kewalahan, tapi ini adalah proses dari merasakan kedekatan dan menerima orang lain secara utuh. Wow!

 


Menurut penelitian, ini waktu yang dibutuhkan untuk bisa jatuh cinta.

Ternyata banyak orang yang sudah mempelajari kata cinta sejak zaman dahulu. Salah satu hasil penelitiannya mengidikasi bahwa pria memiliki kecenderungan ‘menyadari’ perasaannya setelah menjalin hubungan selama 97 hari, sementara perempuan membutuhkan waktu hingga 149 hari, ungkap penelitian Journal of Personality and Social Psychology tahun 2011.

Dalam hubungan heteroseksual—yang tidak terlalu sering menunjukan afeksi secara verbal—penelitian menunjukan bahwa pria cenderung jatuh cinta lebih cepat dibanding perempuan, menurut jurnal Evolutionary Psychology tahun 2010. Akan tetapi, Brito menjelaskan bahwa penelitian ini sudah ketinggalan zaman, dan semuanya dapat mengalami perubahan. Jadi, ia menegaskan bahwa setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam konteks jatuh cinta.

 


Alasan kenapa seseorang bisa jatuh cinta dengan cepat.

Seperti yang sudah Cosmo sebutkan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan jatuh cinta, berikut di antaranya:

  • Attachment styles.

Teori ini menjelaskan tentang hal-hal yang memengaruhi karakter seseorang dalam hubungan interpersonalnya (baca lebih dalam tentang attachment styles di sini ). Menurut Skyler, seseorang dengan tipe anxious attachment styles akan lebih mudah jatuh cinta karena mereka merasa ‘membutuhkan’ pasangan agar ‘merasa aman’. Sementara seseorang dengan tipe avoidant attachment styles cenderung ‘menghindari perasaan’. Tentu saja mereka bisa merasakan jatuh cinta, tapi rasa itu tidak hadir dengan cepat.

  • Hubungan seksual.

Jatuh cinta juga dapat didasari oleh keintiman hubungan seksual. Meskipun ada tipe orang yang menganggap hubungan seksual adalah hal casual, terciptanya nuansa romantis dapat membangun perasaan yang ‘berbeda’. Skyler menjelaskan bahwa bagi sejumlah orang, faktor keintiman ini erat kaitannya dengan kata cinta. Tapi lagi-lagi: tidak berlaku untuk semua orang.

  • Mengingatkanmu akan orang tua.

“Seringkali kita jatuh cinta dengan cepat kepada seseorang yang mengingatkan kita akan orang tua, dan hal ini terjadi tanpa sadar,” ungkap Skyler. Kenapa? Karena orang tersebut familiar, kamu jadi merasa aman, ingin terus ada di dekatnya, dan pada akhirnya jatuh cinta. Well, make sense.

 

Lalu, bagaimana dengan konsep ‘cinta pada pandangan pertama?’

Tentu saja ini sangat mungkin terjadi, meskipun terkesan klise! “Biasanya ‘cinta pada pandangan pertamanya’ itu didasari oleh rasa ketertarikan seksual (baca lebih detail tentang tipe ketertarikan di sini ),” ungkap Skyler. Jika situasinya mendukung dan semua berjalan dengan lancar, tidak jarang rasa ketertarikan ini mengarah kepada hubungan yang lebih serius atau bahkan pernikahan.

Menariknya, penelitian Journal of Sexual Medicine menunjukkan bahwa jaringan otak tubuh yang terakit dengan cinta dapat diaktifkan dalam seperlima detik setelah kita bertemu dengan seseorang. Dan ya, penelitian lainnya dari Journal of Neuroscience juga menjelaskan bahwa seseorang dapat memutuskan dalam hitungan detik mengenai, apakah ia tertarik kepada seseorang atau tidak. Jadi apakah ini sama halnya dengan cinta pada pandangan pertama? Jawabannya: tidak, tapi hal ini menunjukkan bahwa merasakan ketertarikan yang kuat pada seseorang—meskipun baru sekali bertemu—bukanlah hal mustahil.

Kesimpulannya, jika berbicara mengenai berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk jatuh cinta, setiap orang berbeda-beda. Jadi, jangan memaksakan sesuatu yang terkait dengan waktu. Fokus saja ke dirimu sendiri dan ke hubunganmu itu. Setuju?

 

(Artikel ini disadur dari Cosmopolitan.com / Perubahan telah dilakukan oleh editor / Alih Bahasa: Kissy Aprilia / Images: Unsplash)