Puitisnya Puisi Wiji Thukul di Istirahatlah Kata-Kata

Redaksi Cosmopolitan 2 22 Jan 2017

Kata-kata ternyata memiliki kekuatan yang hebat. Film Istirahatlah Kata-Kata mencoba mengangkat kekuatan kata dari kumpulan puisi Wiji Thukul yang ternyata ditakuti rezim Orde Baru.

Sinopsis

Sutradara Yosep Anggie Noen mengangkat kisah penyair Wiji Thukul (Gunawan Maryanto) yang menghilang karena kekuatan puisinya mampu menggetarkan nyali Orde Baru. Istrinya Sipon (Marissa Anita) serta anaknya didatangi oleh sejumlah aparat berpakaian intel. Buku-bukunya dibakar. Gerak-geriknya diawasi. Wiji pun melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan pasca kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta. Hingga akhirnya ia menghilang, tidak lagi ditemukan.

 

Makna Pemberontakan Puisi

Walaupun minim dialog, tapi film ini mampu menyampaikan intensitas, ketakutan, dan penekanan rasa yang dibawakan oleh hampir setiap aktornya. Gunawan Maryanto yang seorang seniman teater asal Yogyakarta mampu memerankan Wiji yang berani tapi takut, rindu, cemas, marah, dan kesulitan melafalkan huruf "r". Begitu pun news presenter cantik Marissa Anita yang dengan apik mampu memerankan sosok Sipon, istri Wiji yang sederhana dan merindu sang suami yang sedang dalam pengejaran aparat.

Aku tidak ingin kamu pergi

Aku juga tidak ingin kamu pulang

Yang aku ingin kamu ada

Potongan dialog tersebut menutup film tentang penyair Wiji Thukul yang hilang - puisi yang menurut Cosmo sangat romantis yang mengungkapkan kerinduan hati seorang istri atas kehadiran suaminya yang sedang berjuang memperoleh kemerdekaan dirinya. 

 

'..'

Puisi Wiji dengan naskah yang ditulis sendiri oleh Yosep Anggie ini seakan berpadu selaras sehingga membuatnya makin bermakna, membangun rasa seperti yang dipaparkan oleh setiap lakon. Penonton sengaja digiring ke dalam cerita lewat puisi-puisi tersebut. "Istirahatlah kata-kata/ Janganlah menyembur-nyembur / Orang-orang bisu. Tidurlah kata-kata / kita bangkit nanti / menghimpun tuntutan-tuntutan / yang miskin papa dan dihancurkan."

Tak hanya hadir lewat percakapan, puisi Bunga dan Tembok hadir lewat lagu yang dibawakan di akhir film oleh Merah Bercerita, berkolaborasi dengan Cholil. Merah Bercerita sendiri adalah nama panggung Fajar, putra Wiji Thukul.

Seumpama bunga / Kami adalah bunga yang tak Kau hendaki tumbuh / Engkau lebih suka membangun rumah dan merampas tanah/

Seumpama bunga / Kami adalah bunga yang tak Kau kehendaki adanya / Engkau lebih suka membangun jalan raya dan pagar besi/ 

 

Berkelana di Festival Film

Sebelum tayang perdana di bioskop-bioskop Indonesia pada Kamis (19/1/2017), film yang juga diperankan oleh Eduart Boang dan Melanie Soebono ini diputar pertama kali di Locarno International Film Festival ke-69, Swiss, pada Juli 2016. Beberapa festival film dunia juga sudah memutarkan film ini, di antaranya Busan International Film Festival, Hamburg Film Festival dan International Film Festival Rotterdam, dan memenangkan sejumlah penghargaan. (Vidi Prima / Image: doc. Instagram @istirahatlahkatakata, IMDB)

 

 

BACA JUGA:

Peluncuran Film Tiga Dara Hasil Restorasi 4K

Film Cannes Yang Wajib Anda Tonton

13 Selebriti Tercantik di Cannes Film Festival 2015

Serunya Acara Nonton Bareng Film Headshot