Mengenal ‘Flamingo Era’, Apakah Kamu Sedang Mengalaminya?
Cosmo babes, pernah mendengar istilah ‘Flamingo Era’?
Dalam beberapa waktu terakhir, media sosial diramaikan dengan istilah yang begitu unik namun memiliki makna emosional yang dalam, terutama bagi para perempuan dan para ibu.
Banyak yang menyebutnya sebagai fase ketika seorang perempuan, setelah begitu lama mencurahkan hidupnya untuk merawat orang lain, perlahan mulai mendapatkan kembali “warna” dirinya yang sempat memudar.
Fenomena ini bukan hanya sekadar tren, melainkan sebuah refleksi dari perjalanan batin yang sunyi, penuh cinta, pengorbanan, dan akhirnya, pemulihan!
Penasaran? Yuk simak rangkuman Cosmo di bawah ini!
Apa Itu Flamingo Era?

Flamingo Era menggambarkan sebuah fase hidup, yang banyak dialami oleh para ibu.
Situasi dimana seseorang merasa mulai kembali menemukan jati dirinya setelah bertahun-tahun melewati masa pengasuhan yang melelahkan, emosional, dan kadang membuat mereka kehilangan ruang untuk diri sendiri.
Istilah ini terinspirasi dari perilaku burung flamingo betina. Ketika mengasuh anaknya, nutrisi dan energi tubuh flamingo terkuras untuk memberikan makanan dan perlindungan bagi anaknya.
Pada fase itu, warna bulunya yang sebelumnya merah muda yang cerah bisa memudar dan tampak lebih pucat.
Namun, setelah masa pengasuhan berakhir dan ia dapat kembali hidup normal, makan dengan cukup, dan merawat dirinya, warna pink-nya kembali bersinar.
Begitu pula dengan manusia. Ada masa ketika perempuan, khususnya ibu, fokus sepenuhnya pada keluarga, hingga tanpa sadar mereka kehilangan sebagian dirinya.
Mulai dari hobi, waktu istirahat, ruang berkarya, bentuk tubuh, atau bahkan mimpi yang dulu pernah mereka simpan.
Dan ketika mereka mulai memperoleh kembali energi fisik, emosional, dan identitasnya, itulah momen “getting your pink back”, atau memasuki Flamingo Era!
Baca juga: Saat Kamu Mulai Merasa Kurang Cantik, Ingat Ini
Bagaimana Flamingo Era Menyentuh Banyak Perempuan?

Istilah ini menjadi viral karena banyak perempuan merasa akhirnya ada kata yang mewakili perjalanan mereka.
Kadang, perjuangan seorang ibu terlihat sepele dari luar, tapi hanya mereka yang benar-benar menjalaninya tahu bagaimana rasanya:
- Terbangun berkali-kali setiap malam
- Menyusui sambil menahan kantuk dan lelah
- Mengorbankan karier, waktu me-time, hingga kesehatan mental
- Melupakan mimpi sendiri demi memastikan semua orang di rumah baik-baik saja
Flamingo Era menjadi simbol bahwa perempuan boleh merasakan kelelahan, boleh berhenti sejenak, dan pada akhirnya, boleh kembali memilih dirinya sendiri.
Ada kalimat yang sering muncul dalam diskusi tentang Flamingo Era, “Kita bisa mencintai keluarga tanpa kehilangan diri sendiri.”
Memilih untuk kembali merawat diri, secara fisik, mental, dan emosional, bukan berarti seorang ibu berhenti mencintai anak dan keluarganya.
Justru, perempuan yang pulih dan bahagia memiliki energi lebih baik untuk mencintai orang-orang di sekelilingnya.
Flamingo Era mengajarkan bahwa self-love tidak harus berlawanan dengan peran sebagai seorang ibu. Keduanya bisa hidup beriringan.
Baca juga: Tips Biar Kamu Nggak Terlalu Keras Pada Diri Sendiri Saat Rencana Gagal
Bentuk Lain Flamingo Era dalam Kehidupan

Flamingo Era bisa terlihat dalam banyak hal kecil yang bermakna, misalnya:
1. Mulai berolahraga ringan atau yoga di pagi hari
2. Membeli skincare dan kembali menikmati merawat diri
3. Mengambil kelas menari, memasak, melukis, atau aktivitas yang dulu dicintai
4. Bertemu teman tanpa rasa bersalah
5. Menata ulang impian dan karier setelah anak lebih mandiri
6. Menulis jurnal untuk memetakan kembali siapa dirinya
Tidak harus glamor, tidak harus mahal, yang penting bermakna!
Baca juga: Self-love Bisa Salah Arah! Cek Yuk Apakah Kita Cinta Diri atau Validasi
So, girls, Flamingo Era bukan sekadar istilah lucu yang lewat begitu saja di linimasa.
Flamingo Era mengingatkan kita bahwa perempuan bisa berubah, bertumbuh, dan kembali berwarna.
Tidak ada yang salah dengan merasa lelah dan butuh jeda. Kebahagiaan perempuan layak dirayakan, bukan disembunyikan.
Dan yang terpenting, identitas seorang ibu tidak menghapus identitas dirinya sebagai individu.
Bagi banyak perempuan, fase ini adalah undangan untuk mengenal diri sendiri sekali lagi, mungkin dalam versi yang lebih lembut, lebih dewasa, dan lebih penuh penerimaan.
You haven’t lost your color. It’s just sitting in silence, like the sunset waiting for its moment to paint the sky again.
(Fishya Elvin/Images: I Bautista, Min An, KoolShooters, and Kristina Paukshtite on Pexels)